Oleh : Husein Muhammad
.
12
Rabi’i al-Awal, adalah salah satu dari hari besar Islam. Dunia muslim
menyebutnya sebagai Maulid. Maulid, Maulud, Muludan, Milad, Mevlut dan
sebutan lainnya, bermakna sama: Hari Kelahiran. Tetapi kata ini selalu
dihubungkan dengan kelahiran Nabi Muhammad Saw. Kaum mulim di seluruh
dunia memperingatinya dengan gegap-gempita dan dengan penuh kegembiraan.
Para sejarawan mencatat:
Muhammad putra Aminah dan Abdullah, lahir Senin, 12 Rabi’ al awwal, atau
20 April 571 M, di rumah Abd al-Muthallib (kakeknya). Kelahirannya
berbarengan dengan rencana Abrahah, gubernur Abyssinia, Etiopia, beserta pasukan gajahnya melakukan agresi militer ke Makkah guna memindahkan
Ka’bah. Orang lalu mengenang kelahiran Nabi sebagai Tahun Gajah.
Kelahiran orang besar ini dibidani oleh Al-Syifa, ibunda Abd al Rahman
bin ‘Auf. Ayahnya; Abd Allah, tak hadir saat yang membahagiakan itu. Ia
telah wafat, di Madinah, ketika janin Muhammad berusia 2 bulan dalam
kandungan ibunya. Bayi yang kemudian lahir diberi nama Muhammad. Nama
yang belum dipakai orang zaman itu: Ketika ditanya mengapa nama itu, dan tidak gunakan nama nenek-moyang, Abd al-Muthallib, menjawab : “Kuingin dia akan menjadi orang yang terpuji bagi makhluk Tuhan di langit dan di bumi”. Ia
disusui pertama kali oleh Tsuwaibah, sahaya perempuan pamannya; Abu
Lahab dan kemudian Halimah al-Sa’diyyah untuk masa berikutnya. Aminah
mengasuhnya sampai usia Muhammad (saw) 6 tahun. Ia wafat di Abwa,
sebuah desa antara Makkah dan Madinah, dalam perjalanan pulang dari
ziarah ke makam paman-pamannya di Madinah. Pengasuhan selanjutnya
dipercayakan kepada Umm Ayman, sahaya perempuan dari Etiopia. Muhammad
(saw) menjadi yatim piatu.
Tradisi Maulid
Di
Indonesia, perayaan maulid Nabi diselenggarakan di surau-surau,
masjid-masjid, majelis-majelis ta’lim, di pondok-pondok pesantren dan di
berbagai lembaga social, keagamaan bahkan instansi-instansi
pemerintahan. Tradisi peringatan Maulid, di Cirebon biasa
disebut Muludan, paling megah dan dihadiri ratusan ribu orang diadakan
di Kraton-Kraton di Jawa dan luar Jawa, terutama Yogya dan Cirebon. Ia
diadakan pada setiap malam 12 Rabi’l Awal. Masyarakat muslim
merayakannya dengan beragam cara dan dengan sejumlah acara seremoni dan
kemeriahan yang menggairahkan. Malam hari tanggal 12 Maulid merupakan
puncak acara seremonial yang ditunggu-tunggu dengan penuh
minat. Biasanya mereka mengundang penceramah untuk bicara sejarah Nabi.
Mereka, secara bergantian, juga membaca Sirah Nabawiyah
(sejarah hidup Nabi sejak kelahiran sampai wafatnya), dalam bentuk
narasi prosais kadang-kadang dengan irama yang khas. Sebagian lagi
sejarah Nabi tersebut dikemas dalam bentuk puisi-puisi yang berisi perjalanan hidup Nabi sejak lahir sampai wafat, dan madah-madah (pujian-pujian) atas Nabi. Salah satu puisi maulid Nabi saw ditulis oleh Syeikh Barzanji.
Peringatan
Maulid Nabi di Indonesia ditetapkan sebagai hari Libur Nasional ketika
K.H. Abdul Wahid Hasyim, ayah Gus Dur, menjabat sebagai Menteri Agama.
Upacara peringatan pemerintah ini pada awalnya diadakan di Istana
negara. Tetapi entah sejak kapan kemudian dipindahkan tempatnya, di
Masjid Istiqlal. Pada momen tradisi keagamaan ini, Presiden, wakil
presiden, para pejabat tinggi Negara dan para duta besar Negara-negara
sahabat hadir bersama ribuan umat Islam.
Di
Turki, seminggu menjelang Maulid, masjid-masjid dihiasi dengan
lampu-lampu dan lampion-lampion warna warni. Halaman rumah penduduk
dibersihkan dan dicat. Di Mesir masa lampau, “para penguasa Mamluk”,
cerita Annemarie Schimmel, dalam buknya yang menarik Muhammad Utusan
Allah, “perayaan besar-besaran untuk memperingati Maulud diselenggarakan
di pelataran benteng Kairo. Ruas-ruas jalan penuh sesak oleh manusia”.
Di sebagian negara berpenduduk besar muslim, hari itu diperingati
dengan menyalakan obor di jalan-jalan sambil pawai mengelilingi kota.
Masyarakat di sebagian Negara Islam membuat makanan untuk dibagikan
kepada fakir miskin. Selain Indonesia, Mesir dan Turki, peringatan
Maulid Nabi juga diselenggarakan di Syria, Lebanon, Yordania, Palestina,
Iraq, Kuwait, Uni Emirat Arab, Sudan, Yaman, Libya, Tunisia, Al Jazair,
Maroko, Mauritania, Djibouti, Somalia, Turki, Pakistan, India, Sri
Lanka, Iran, Afghanistan, Azerbaidjan, Uzbekistan, Turkistan, Bosnia,
Malaysia, Brunei, Singapura, dan kebanyakan Negara islam yang lain.
Seperti di Indonesia, di banyak Negara tersebut hari Maulid Nabi Saw
merupakan hari libur umum/nasional.
Berbeda
dengan pandangan mayoritas besar kaum muslimin di dunia, Ibnu Taimiyah,
tokoh Islam paling ortodoks, memandang perayaan Maulid Nabi sebagai
bid'ah. Pandangan ini kemudian diteruskan dengan semangat Islam yang
radikal oleh Muhammad bin Abdul Wahab, ulama terkemuka kelahiran Nejd,
Saudi Arabia, 1703-1791. Para pengikutnya popular disebut Wahabi. Saudi Arabia mungkin
satu-satunya Negara Islam yang anti memperingati Maulid Nabi dan
menyerang dan mengecam kelompok muslim lain yang merayakannya. Para
pengikutnya terus menyebarkan ajaran bahwa "maulid Nabi sebagai praktik
keagamaan yang sesat". Pandangan ini ditolak diseluruh dunia muslim. (Cirebon,150114).
Sumber :
https://www.facebook.com/notes/husein-muhammad/maulid-nabi/10151959226959811