Oleh Syauqi Layla Husny
Asybah wa Nadzair Imam Syutuhi Pembagian Kafir (Simalakama Nasib Agama Wahabi)
قال الإمام عبد الرحمن بن أبي بكر، جلال الدين السيوطي (المتوفى: 911هـ) فى الأشباه والنظائر ص. ٢٧٣
Imam Jalaluddin as-Suyuthiy dalam kitabnya Al-Asybah wa an-Nadhoir hal 273 mengatakan :
[كِتَابُ الرِّدَّةِ]
قَالَ النَّوَوِيُّ فِي تَهْذِيبِهِ: الْكُفْرُ أَرْبَعَةُ أَنْوَاعٍ، كُفْرُ إنْكَارٍ، وَكُفْرُ جُحُودٍ، وَكُفْرُ عِنَادٍ، وَكُفْرُ نِفَاقٍ. مَنْ أَتَى اللَّهَ بِوَاحِدٍ مِنْهَا لَا يُغْفَرُ لَهُ، وَلَا يُخْرَجُ مِنْ النَّارِ.
Kitab Murtadz
Imam an-Nawawi dalam kitab Tahdzibnya mengatakan : Kafir itu ada 4 macam,
1. Kafir Ingkar,
2. Kafir Juhud,
3. Kafir Inad
4. Kafir Nifaq.
Barang siapa datang kepada Allah dengan membawa satu dari empat tersebut maka tidak diampuni dan tidak dikeluarkan dari neraka
قَاعِدَةٌ:
قَالَ الشَّافِعِيُّ: لَا يُكَفَّرُ أَحَدٌ مِنْ أَهْلِ الْقِبْلَةِ، وَاسْتُثْنِيَ مِنْ ذَلِكَ: الْمُجَسِّمُ، وَمُنْكِرُ عِلْمِ الْجُزْئِيَّاتِ. وَقَالَ بَعْضُهُمْ: الْمُبْتَدِعَةُ أَقْسَامٌ:
الْأَوَّلُ: مَا نُكَفِّرُهُ قَطْعًا، كَقَاذِفِ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا وَمُنْكِرِ عِلْمِ الْجُزْئِيَّاتِ، وَحَشْرِ الْأَجْسَادِ، وَالْمُجَسِّمَةِ، وَالْقَائِلِ بِقِدَمِ الْعَالَمِ.
الثَّانِي: مَا لَا نُكَفِّرُهُ قَطْعًا، كَالْقَائِلِ بِتَفْضِيلِ الْمَلَائِكَةِ عَلَى الْأَنْبِيَاءِ، وَعَلِيٍّ عَلَى أَبِي بَكْرٍ.
الثَّالِثُ، وَالرَّابِعُ: مَا فِيهِ خِلَافٌ، وَالْأَصَحُّ: التَّكْفِيرُ، أَوْ عَدَمُهُ، كَالْقَائِلِ بِخَلْقِ الْقُرْآنِ صَحَّحَ الْبُلْقِينِيُّ التَّكْفِيرَ، وَالْأَكْثَرُونَ: عَدَمَهُ. وَسباب الشَّيْخَيْنِ، صُحِّحَ الْمَحَامِلِيُّ التَّكْفِيرَ وَالْأَكْثَرُونَ عَدَمُهُ.
Kaidah
Imam asy-Syafi'iy berkata:
"Tidaklah dikafirkan seseorang dari ahli kiblat, dan dikecualikan dari tidak dikafirkannya ahlul kiblat seorang mujassimah dan pengingkar sifat mengetahuinya Allah akan juziyyat.
Sebagian Ulama mengatakan:
Ahli bid'ah ada beberapa bagian .
Pertama :
Ahli bid'ah yang secara pasti kami kafirkan, seperti penuduh zinah Sayyidah 'Aisyah, kaum pengingkar sifat mengetahuinya Allah akan juziyyat, kaum pengingkar digiringnya jasad-jasad manusia pada hari kiamat, kaum Mujasimmah dan orang yang berpendapat dahulu (tanpa permulaan) nya alam semesta.
Kedua :
Ahli bid'ah yang secara pasti tidak kami kafirkan, seperti orang yang berpendapat akan lebih utamanya Malaikat di banding para Nabi dan orang yang berpendapat bahwa 'Ali bin Abu Tholib lebih utama daripada Abu Bakar Ash-Shiddiq
Ketiga dan keempat :
Ahli bid'ah yang diperselisihkan, yang lebih shahih dikafirkan atau tidak dikafirkan. Seperti orang yang berpendapat kemakhlukan Al-Qur an, Imam al-Bulqiniy menshohihkan kekafirannya sedangkan mayoritas 'Ulama tidak mengkafirkannya.
Dan seperti mencela Syaikhoini (Sayyidina Abu Bakr dan Sayyidina Umar) Imam al-Mahamiliy menshahihkan kekafirannya sedangkan mayoritas 'ulama tidak mengkafirkannya.
ضَابِطٌ:
مُنْكِرُ الْمُجْمَعِ عَلَيْهِ أَقْسَامٌ:
أَحَدُهَا: مَا نُكَفِّرُهُ قَطْعًا، وَهُوَ مَا فِيهِ نَصٌّ، وَعُلِمَ مِنْ الدِّينِ بِالضَّرُورَةِ، بِأَنْ كَانَ مِنْ أُمُورِ الْإِسْلَامِ الظَّاهِرَة، الَّتِي يَشْتَرِكُ فِي مَعْرِفَتهَا الْخَوَاصُّ وَالْعَوَامُّ. كَالصَّلَاةِ، وَالزَّكَاةِ وَالصَّوْمِ، وَالْحَجِّ، وَتَحْرِيم الزِّنَا، وَنَحْوِهِ.
الثَّانِي: مَا لَا نُكَفِّرُهُ قَطْعًا، وَهُوَ مَا لَا يَعْرِفُهُ إلَّا الْخَوَاصُّ، وَلَا نَصَّ فِيهِ: كَفَسَادِ الْحَجِّ بِالْجِمَاعِ قَبْل الْوُقُوفِ.
الثَّالِثُ: مَا نُكَفِّرُ بِهِ عَلَى الْأَصَحِّ، وَهُوَ الْمَشْهُورُ وَالْمَنْصُوصُ عَلَي الَّذِي لَمْ يَبْلُغْ رُتْبَةَ الضَّرُورَةِ، كَحِلِّ الْبَيْعِ، وَكَذَا فى غَيْر الْمَنْصُوصِ. عَلَى مَا صَحَّحَهُ النَّوَوِيُّ.
الرَّابِعُ: مَا لَا نُكَفِّرُهُ عَلَى الْأَصَحّ، وَهُوَ مَا فِيهِ نَصٌّ. لَكِنَّهُ خَفِيٌّ، غَيْرُ مَشْهُورٍ، كَاسْتِحْقَاقِ بِنْتِ الِابْنِ السُّدُسَ، مَعَ بِنْتِ الصُّلْبِ.
Menimbang :
Pengingkaran mujma' alaih (perkara yang disepakati para ulama) dibagi menjadi beberapa bagian:
Pertama :
Perkara yang kami mengkafirkan pengingkarnya secara pasti, yaitu perkara yang ada nash nya dan diketahui dari agama secara dharuri (tidak membutuhkan fikiran) yaitu dengan adanya perkara tersebut adalah termasuk perkara-perkara atau urusan-urusan agama islam yang dzahir (tampak) yang mana orang khusus dan orang awam sama-sama mengetahuinya seperti sholat, zakat, puasa, haji haramnya zina dan semisalnya.
Kedua :
Perkara yang kami tidak mengkafirkan pengingkarnya secara pasti, yaitu perkara yang tidak diketahui kecuali oleh orang-orang khusus dan tidak ada nash dalam masalah itu seperti masalah rusaknya ibadah haji karena sebab jimak sebelum wukuf.
Ketiga :
Perkara yang kami mengkafirkan pengingkarnya menurut qoul yang lebh shohih yaitu perkara yang masyhur dan ada nashnya akan tetapi perkara tersebut tidak sampai pada derajat maklum bi-dldlorurot seperti halalnya jual-beli, begitu pula pada perkara tersebut yang tidak ada nashnya menurut qoul yang dishahihkan Imam An-Nawawi.
Keempat :
Perkara yang kami tidak mengkafirkannya menurut qaol Ashoh yaitu perkara yang ada nashnya tetapi samar lagi tidak masyhur seperti masalah berhaknya anak perempuannya anak laki-laki mendapatkan seperenam bersama anak perempuan shulbi
ضَابِطٌ:
كُلُّ مَنْ صَحَّ إسْلَامُهُ، صَحَّتْ رِدَّتُهُ جَزْمًا، إلَّا الصَّبِيَّ الْمُمَيِّزَ، إسْلَامُهُ صَحِيحٌ عَلَى وَجْهٍ مُرَجَّحِ، وَلَا تصلح رِدَّتُهُ.
Menimbang :
Setiap orang yang sah islamnya maka sah pula murtadnya dengan pasti, kecuali anak yang sudah tamyiz, islamnya sah menurut wajah yang diunggulkan dan tidak pantas murtadnya
قَاعِدَةٌ:
مَا كَانَ تَرْكُهُ كُفْرًا، فَفِعْلُهُ إيمَانٌ، وَمَا لَا فَلَا.
Undang-Undang :
Apa yang ditinggalkannya adalah kekufuran maka mengerjakannya adalah keimanan dan apa yang tidak demikian maka tidak pula demikian.
Imam Ibnu Katsir berkata,
ﻣﻦ ﺷﺒﻪ ﺍﻟﻠﻪ ﺑﺨﻠﻘﻪ ﻛﻔﺮ
Siapapun yang menyamakan Allah dengan makhluknya, maka ia kafir.
أقوال العلماء في تكفير المجسمة القائلين بأن الله جالس على العرش، فلا تصح الصلاة خلفهم
Pendapat (stateman) para ulama pada legalitas mengecap kekafirannya Mujasimmah yang mereka mengatakan "Sesungguhnya Allah duduk diatas Arasy, maka tidak sah shalat dibelakangnya (menjadi ma'mum).
Sebagaimana Nash Imam Syafei,
ولا تجوز الصلاة خلف كافر لأنه لا صلاة له فكيف يقتدى به وهذا ينظم من كفره مجمع عليه ومن كفرناه من اهل القبلة القائلين بخلق القرءان وبأنه لا يعلم المعدومات قبل وجودها ومن لا يؤمن بالقدر وكذا من يعتقد ان الله جالس على العرش كما حكاه القاضي حسين هنا عن نص الشافعي رضي الله عنه انتهى
Tidak boleh shalat dibelakang orang yang Kafir karena sebetulnya tidak (ada kewajiban) shalat untuknya, maka bagaimana kita menjadi makmum dengannya? Dan Ulama (mujma alaih) merumuskan kekafiran seseorang.
Dan orang yang telah kami kafirkan dari Ahli Kiblat yang mengatakan Al-Qur'an adalah Makhluq. Dan meyakini bahwa Allah tidak mengetahui perkara yang tidak ada setelah diciptakannya (baca: wujud). Dan orang yang tidak meyakini takdir Allah. Setelah itu orang yang memiliki keyakinan sesungguhnya Allah duduk di Arasy, seperti yang telah diujarkan oleh Qadi (baca: Hakim) Husein Bin Iyadh disini dari Nashnya Imam Syafei.
Imam Nawawi berfatwa dalam buku (arab: كتاب) Majmu dan Tuhfah;
فممن يكفر من يجسم تجسيما صريح او في تحفة نحو التجسم والجهة
"Dan sebagian dari Kafirnya seseorang adalah orang yang menjisimkan secara jelas, atau didalam tuhfah, menjisimkan dan memiliki jihat (baca: arah)".
Ada qoul yang ringan gak dari kata kafir? Kasihan saya. 🥲
Baca juga ini;
https://www.facebook.com/100009305616246/posts/2695421664111328/
