(Wing cilik dari Urek urek - Gondanglegi - Malang)
"Catatan kecil utk Kebesaran seorang Faqiih KH. Azizi Hasbullah"
Di awal tahun 90 an, beliau menempati gubuk bambu dekat Gedung Al Ihsan, komplek Pondok Pesantren Lirboyo.
Gubuknya 3 kali pindah seingatku, tapi tak jauh2 dari sekitaran situ. Dekat pembuangan sampah, tak jauh dari kandang sapi. Dan memang benar2 wujud gubuk bambu yg sebenar benar nya. Bertiang bambu, berlantai bambu dan beratap rumbai bambu.
Dari gubuk itulah Sang Pakar Bahtsul Masail ini turut menyalakan cahaya ilmu santri-santri Lirboyo kian bersinar.
Berangkat pagi2 mengayuh becak, dan pulang membawa penuh belanjaan dari pasar mbetek Kota Kediri, sekira habis zuhur Pak Azizi mengajar di Pesantren Putri Mbah Kyai Idris Marzuki, Guru yg paling dicintainya, Kyai yg sepanjang hayat beliau khidmahi.
Iya, sampai saat Pak Azizi diampu menjadi Mustahiq di Pondok Putri, beliau masih mbecak belanjaan, masih ndalem di Mbah Yai Idris.
Iya, begitulah adanya. Pak Azizi berlatar belakang keluarga wong cilik yg sangat sederhana. “mondok ke Lirboyo gak ngowo opo2” cerita beliau berkali-kali.
Selepas ashar, sudahlah antri santri2 putra private pada beliau. Biasanya Fathul Qorib, sebuah kitab yg memang Pak Azizi Hafal. Hafal luar dan dalam kepala, hafal beneran lahir batin, huruf sak maknane
Sebuah kitab fikih standar yg beliau musyawarahkan setiap selasa malam di atas kantor pondok, di atas serambi selatan masjid Lirboyo.
Bersama KH Athoillah Anwar, KH Anim Falahudidin, Gus Muid Shohib, Gus Rozzaq Sholeh dan para santri senior, termasuk Kyai Syuhrowardi yg mengalami kecelakaan bersama beliau, Pak Azizi memandu santri kelas 1 tsanawiyah sampai kelas 3 aliyah memusyawarahkan Fathul Qorib.
Biasanya diikuti para rois dan santri2 kritis dari tingkatan itu, musyawarah terjadwal selesai jam 1 dini hari.
Tapi apa boleh kata, jika Pak Azizi sedang on fire, pembahasan yg gayeng kadang baru dihentikan oleh azan subuh. Karena dari kami hampir tak ada yg mampu menghentikan argumen dan referensi fiqhiyah beliau
Musyawarah ini berlangsung selama bertahun-tahun, istiqomah tanpa putus. Yg pasti, tak ada yg tahu pasti, berapa kali pastinya Pak Azizi mengkhatamkan Fathul Qorib.
Di Gubuknya, para santri yg mengaji pada beliau semakin banyak, semakin beragam dari berbagai kalangan. Jadwal ngajinya pun berlanjut sampai habis maghrib dan isya.
Tidak jarang, karena saking capek nya habis ngayuh becak dan mengajar di pondok putri, Pak Azizi ketiduran ditengah-tengah menyimak anak santri yg mengaji.
Bukan sesekali beliau ditinggal anak didiknya dalam keadaan tidur kecapekan begitu. Sudah biasa, saking seringnya saat itu.
Saat besoknya datang ke gubuknya, kami biasanya ditanya, “tadi malam pulang jam berapa” dalam bahasa jawa dialek Malang an, daerah kelahiran beliau.
Selain yg ngaji ke beliau semakin banyak, kajiannya pun mulai berkembang, tak lagi Fathul Qorib saja. Bukan hanya soal fikih tok. Kajian Ushul Fikih juga mulai dikaji, melalui kitab Lubbul Ushul,ringkasan JimJim.
Karena sejatinya, Pak Azizi memang bukan hanya Ahli Fiqih, tp juga sangat tabahhur serta ta’amuq di bidang ushul fiqih, tafsir hadist atau bahkan fan balaghoh. Nahwu Shorof, lha wong alfiah nya nglontok. Tasawuf, Ihya Ulumudin yo nglentek. Pendek kata, Pak Azizi itu Aaliim tur Aallaamah. Sepakat, no debat
Jika tak salah, awal 2000 an beliau menikah, sebelum bermustautin di Baran, Selopuro Blitar, beliau menempati sebuah rumah di selatan Pondok Lirboyo, maka kegiatan kajian turut pindah.
Bukan itu saja, rutinan Fathul Qorib di Pondok juga bertambah dengan adanya kajian Musyawarah Mahalli Qulyubi wa Umairoh. Transformasi musyawarah ke arah lebih instinbathi
Kasat mata juga nampaknya, pada fase2 ini ada dialektika intelektual yg menghantarkan pemikiran Kyai Azizi serasa kontekstual. Padahal, seperti jamak diketahui, basis keilmuan beliau nyata2 pure tradisional .
Titik temu keilmuan beliau, yg tak berhenti pada produk hukum fiqih semata, mengharuskan perjalanan intelektual menelusuri seluk beluk thoriqul istimbath secara lebih menyeluruh. Legacy Pak Azizi yg shorih dirasakan murid2 beliau.
Betapa produk hukum fiqih hendaknya Lurus, Leres dan Laras. Pernyataan yg kerapkali beliau sampaikan saat merumuskan hasil telaah masalah. Suatu ekspresi padat, akan kedalaman ilmu sekaligus keluasan aktualisasi seorang KH Azizi Hasbullah.
Di sekitar masa itulah kira2, seorang Kyai Azizi Hasbulloh, mulai dikenal bukan di semata di lingkungan Pondok Lirboyo
Dari perumus majelis2 Bahtsul Masail tingkat antar pesantren hingga kelas muktamar NU, seminar di berbagai kampus, komunitas dan organisasi, nara sumber di tv, radio dan lain nya, ceramah di rutinan muslimat hingga acara nya para pejabat dan segudang kegiatan keumatan yg lain, bahkan beberapa kali di luar negeri
Dan dari itu semua kita dapat saksikan, bagaimana keajaiban ilmu dan khidmah works at right dari seorang KH Azizi Hasbullah Allahummarhamhu..
Bagaimanalah anake wong cilik dari pedalaman malang selatan, tukang becak belonjo ndalem KH Idris Marzuki, menjadi Rois Syuriah PBNU
Toh demikian, KH Azizi Hasbullah tetaplah santri Lirboyo yg ndalem. Tak pernah berubah. Tiada setitik pun pertanda dari KH Azizi Hasbullah merasa hebat dari rekan sepadanya, apa lagi kepada Para Kyai, lebih2 Zuriah dan Masyayikh Lirboyo. Almamater tercintanya, tanah air KH Azizi Hasbullah menimba ilmu kemudian mengkhidmahinya di semua umur baligh beliau.
KH Azizi Hasbullah tetaplah bersahaja. Walau pun sudah jadi "Kyai", santri itu ya tetap santri. Jargon ini sering beliau utarakan.
Mungkin dirasa sangat berlebihan jika KH Azizi Hasbullah ialah seorang Mujaddid, sang Pembaharu yg konon lahir setiap 100 tahun sekali. Ini bisa disepakati.
Namun diriku tak yakin keajaiban akan ilmu dan khidmah dari fenomena seorang KH Azizi Hasbullah dipastikan hadir dalam satu abad ini
Hari ini, 21 Mei 2023 , persis 3 hari sebelum tercapai usia 55 tahun, KH Azizi berpulang ke Rahmatullah. Benar2 pulang tumuju kasih sayang Allah.
Kemalangan saat menuju Bahtsul Masail, menjadi taqdir awal jalan ajal beliau hari ini. Perjalanan menuju Majelis yg sangat beliau cintai, Bahtsul Masail.
Mejelis yg memercusuarkan ilmu fiqih ribuan santri dari pelbagai pesantren seluruh Indonesia nun menghiasi langit intelektual Nusantara
Majelis yg beliau besarkan, yg menjadi bukti keajaiban ilmu dan khidmah seorang KH Azizi Hasbullah....
Selamat Jalan guru kami, selamat bersua dengan para Guru yg Jenengan cintai...
Terima Kasih utk teladan Jenengan wahai sang inspirator bagi santri, matur suwun sanget utk semua khidmadul ilmi Jenengan yg senantiasa menjadi oase yg menyejukkan....
-ars-