Bismillahirrohmaanirrohiim

Cak Im Kafa Lirboyo dan beberapa catatan rihlah Jawa Tengah

Oleh Muhammad Ismail Al Kholili 

Senin sampai kemarin, saya “jalan-jalan” ke beberapa kota di Jawa Tengah, semoga dicatat sebagai rihlah (perjalanan) dakwah meskipun niat dan ikhlas mungkin masih antah-berantah. sebuah rihlah yang sangat mengesankan, Wonosobo dengan vibes pesantren dan keindahan viewnya, antusias para santri dan mahasiswanya ( acara utama memang di Universitas Sains Al-Quran Wonosobo & UIN Wali Songo Semarang), sampai bagaimana Allah memberi saya moment indah di UNSIQ untuk pertama kali menuntun seseorang membaca 2 kalimat syahadat, namanya Mbak Aghata, saya lalu memberi nama dia Fakhita, nama sepupu Rasulullah dan salah satu wanita yang dicintai oleh beliau. 

Yang paling mengesankan tentunya karena partner rihlah saya kali ini berasal dari Lirboyo, bumi yang diberkahi, beliau Agus Abdurrahman KafaBihi atau yang lebih dikenal dengan Cak Iman/Cak Im. jika kamu duduk lama dengan beliau, saya rasa kamu akan sepakat dengan saya, bahwa Cak Im tidak terlihat seperti seorang Gus dari Pondok Lirboyo yang memiliki 45 rb Santri dan jutaan alumni, kamu akan melihat Bagaimana seorang Cak Im yang sangat humble dan rendah hati, sesekali bercanda mulai dari hal yang ilmiah sampai hal yang paling receh, dan bagaimana ia menjaga akhlak dan sikap bahkan sampai detail yang paling kecil dan sederhana, kedewasaan dan kematangan yang tidak lumrah dari seseorang yang usianya 5 tahun dibawah saya ( Cak Im kelahiran 1997 ) 

“ kita ini lora, kadang lupa bersikap yang seharusnya kepada seseorang karena kita sibuk sama hape “ sebuah ucapan yang sangat jleb dan menohok ke tulang rusuk hati saya 😅😆

Dalam rihlah kemarin ( ke 2 universitas dan 8 pesantren di Wonosobo & Semarang ), saya sedikit-banyak mendengar cerita-cerita tentang Buya Kafa dari beliau, kata Cak Im, Buya Kafa itu jika diluar nggak pernah kerso makan daging, beliau selalu memilih menu ikan/seafood ( saking wira’i-nya beliau ) beliau pernah berkata sambil bercanda kepada Cak Im tentang makan daging di restoran :

“ hadza harom indi halalun indak “ ( ini haram bagiku halal bagimu ) 

Cak Im juga bercerita bagaimana kedua orang tuanya( Buya Kafa & Umi Azza ) sangat mengajarkan kepada para putra-putrinya untuk menghormati guru, Buya & Umi bahkan mencontohkan sendiri secara real bagaimana beliau-beliau bersikap hormat & sungkan kepada para Mustahiq (wali kelas) putra-putrinya yang padahal juga merupakan santri/alumni Lirboyo sendiri. 

Mendengar itu langsung saja terbesit dalam hati saya : 

“ pantes saja putra-putrinya semasyaallah itu, hafal Quran dan alim-alim semua, emang bukan hasil didikan kaleng-kaleng 🥲 “ 

dan tentunya banyak sekali ilmu-ilmu yang saya dapatkan dari Cak Im baik dari obrolan ringan kami atau dari apa yang beliau sampaikan dalam ceramah-ceramahnya, salah satunya adalah ketika beliau menafsiri petuah dari Maulana Jalaluddin Arrrumi : 

هروبك مما يؤلمك سيؤلمك أكثر تألم حتى تشفى 

“ larinya kamu dari rasa sakitmu hanya akan membuat kamu makin tersakiti, rasakan sakit itu sampai engkau sembuh sendiri “ 

Cak Im menjelaskannya begini :

“ kita jangan lari dari tugas dan tanggung jawab, jangan lari dari kenyataan dan beban, itu justru akan membuat kita lebih tersakiti nanti karena beban itu semakin menumpuk, tapi hadapi, jalani sebaik-baiknya, jangan dihindari “ 

Pada akhirnya saya semakin yakin bahwa cahaya keshalehan itu bisa menurun dan menular, Cak Im bercerita bahwa dulu ada seorang wanita yang sangat mengidam-ngidamkan sebuah jarik ( pakaian batik ), setelah bertahun-tahun dia mengumpulkan uang, akhirnya terbelilah jarik idamannya itu, ketika baru saja dipakai, ia mendengar tangisan seorang wanita dari sebuah rumah. ia masuk lalu bertanya ada apa kepada wanita itu

"Saya ini habis melahirkan, tapi hanya memiliki satu helai pakaian saja. Andai pakaian saya ini kupakaikan untuk anak saya, saya pasti akan menjadi telanjang, namun jika tetap saya gunakan sendiri, anak saya pasti akan kedinginan " 

Mendengar itu, wanita itu langsung pulang, ia mengambil pakaian yang baru ia beli, lalu memberikannya kepada wanita yang baru melahirkan tadi. 

"Sudah Yu, ini jarik saya kamu gunakan, yang sudah lama kau gunakan untuk anak kamu."

wanita yang baru melahirkan itu menangis haru. Ia lalu berdoa : 

"Semoga Allah membahagiakan kamu melalui perantara anak sebagaimana sekarang ini engkau membahagiakanku sebab aku bersedih karena urusan anak." 

Kalian tau siapa wanita itu ? Ia adalah wanita yang kelak melahirkan sosok Mbah Manaf/Kiai Abdul Karim, Kakek buyut Cak Im, pendiri Pondok pesantren Lirboyo yang kini masyhur dengan segala kebesarannya. 

Sehat-sehat selalu Cak Im.. ganteng udah, alim sudah, tapi jangan lupa sempurnakan separuh agama geh 🤣🙏 

Ismael Amin Kholil, Bangkalan, 16 Desember, 2023


.

PALING DIMINATI

Back To Top