Oleh Muhammad Ismail Al Kholilie
Alhamdulillah kemarin setelah sekian lama bisa kembali sowan kepada Gus Baha’, “kakak kelas” saya di Al-Anwar Sarang yang paling viral 😅 dan salah satu santri kinasih kebanggaan Syaikhina Maimoen Zubair. tidak ada yang berbeda dari Gus Baha’ sekarang, kemarin ketika saya sowan kepada beliau bersama Bunyai Aina’ Arrisalah Lirboyo juga putra-putrinya, Gus Baha’ tetaplah Gus Baha’ yang dulu, sosok yang selalu bersemangat dan tak ada hentinya ketika bercerita tentang ilmu, dengan peci hitam khasnya, juga kemeja putih dan sarung super sederhana yang jauh dari kata “istimewa”.
hanya saja ada 1 perbedaan dari Gus Baha’ yang benar-benar saya rasa, beliau sekarang seakan menarik diri dari “keramaian dunia”, beliau sangat sulit ( bahkan tidak mau ) ditemui oleh tamu kecuali orang-orang tertentu yang beliau kehendaki, ketika saya hadir ngaji tafsir bulanan beliau ( setiap hari rabu terakhir ) dan berencana sowan kepada beliau setelah pengajian, di tengah kajian beliau berkata :
“ Kiai Iku nek Uzlah ojo di sowani, garai mangkel ae “ 😅
Beliau sekarang memang sedang dalam “fase uzlah”, beliau bahkan punya gubuk khusus untuk menyendiri, kata Nyai Winda istri Gus Baha’, beliau sudah menjalani “uzlah” seperti ini 2 tahun lamanya, karena itu juga beliau sudah sangat membatasi untuk mengisi acara di luar. Wallahu a’lam apa motif utamanya, bisa jadi karena beliau sudah sampai maqom “capek dengan manusia” atau mungkin karena beliau tidak mau keasyikannya dengan Allah dan ilmu terganggu oleh siapapun. tentunya uzlah beliau itu tanpa “gadget” nggak seperti “uzlah” kita, sampai saat ini di tengah gempuran tekhnologi, Gus Baha’ adalah segelintir orang yang tidak pernah punya Sosial media, entah itu Fesbuk atau Wa. Hp terakhir kepunyaan gus Baha’ yang saya tau adalah Hp jadul Simbian merek Nokia 😅
ketika sowan kemarin, di ruang beliau menerima tamu ada papan tulis yang menarik perhatian saya, “pajangan” papan yang berisi tulisan Gus Baha’ full berbahasa arab, kalo dikatakan itu papan keterangan untuk para santri sepertinya tidak mungkin, karena tulisan di papan - yang sekitar 4 buah - itu sangat kecil sekali sehingga mungkin hanya bisa dibaca oleh sang penulis. bisa jadi itu merupakan “coret-coretan” kitab yang sedang dihafalkan Gus Baha’, atau mungkin beliau sedang ingin menuangkan ilmunya disitu untuk kemudian dijadikan sebuah kitab ? Hanya beliau yang tau jawaban tepatnya
pada akhirnya Gus Baha’ adalah Hasanah Min Hasanaati Syaikhina Maimoen Zubair, salah satu maha karya Mbah Moen yang manfaatnya bisa kita rasa sampai detik ini, itu masih seorang Gus Baha’ saja, belum lagi murid-murid beliau seperti Gus Solah, Mas Abdul Adhim Kholili, dan para pendekar ilmu lainnya. dan itu masih di barisan santri putra beliau saja, di barisan santri putrinya Mbah Moen memiliki Syarifah Halimah Alaydrus yang dakwahnya menginspirasi jutaan muslimah baik di dunia nyata ataupun di alam maya. Salah satu doa yang seringkali Syaikhina Maimoen baca ketika thowaf adalah :
اللهم اجعلني ومن أحبني من كبار أولياءك
“ Ya Allah jadikan aku dan orang-orang yang mencintaiku sebagai wali-wali-Mu yang agung “
Jika itu adalah doa beliau untuk para pecinta beliau secara umum, bagaimana kiranya doa beliau untuk para santri beliau secara khusus ?
Semoga kita semua mendapat barokah “mahabbah” kepada Mbah Moen, Gus Baha’ dan para kinasih Allah lainnya 🤲
رب فانفعنا ببركتهم و اهدنا الحسنى بحرمتهم * و أمتنا في طريقتهم * و معافاة من الفتن
