Bismillahirrohmaanirrohiim

Antara Cita-cita dan Mencari Ilmu

Waktu kecil saya punya cita-cita jadi penceramah. Persisnya saya mau kaya Aa Gym, seorang dai kondang yang namanya dulu sangat dikenal luas. Waktu SD saya bercita-cita begitu. Kemana-mana saya suka pake udeng2 khas Aa Gym. Tanpa ada rasa malu sedikit pun. Pokoknya kalau ditanya mau jadi apa, maka jawabannya adalah ingin menjadi Aa Gym.


Masuk SMA cita-cita saya berubah. Ingin jadi penulis seperti pak Quraish Shihab. Dalam urusan ceramah, pak Quraish mungkin tidak sehebat dai-dai yang lain. Apalagi ceramah-ceramah beliau itu umumnya lebih banyak disimak oleh para akademisi. Nyaris tidak ada humornya. Tapi, melihat tulisan-tulisannya, saya terpukau sekaligus terinspirasi. 

Akhirnya, saya pun bercita-cita ingin bisa belajar ke Mesir. Karena tahu bahwa pak Quraish, penulis yang saya idolakan itu, pernah hidup lama di Mesir. Melihat biografi beliau sebagai ahli tafsir, saya pun punya cita-cita serupa. Mau jadi ahli tafsir. Kalau perlu, menyusun kitab tafsir al-Quran seperti beliau itu. Sampai dua tahun pertama di Kairo cita-cita itu nggak berubah. 

Nah, masuk di tahun ketiga, cita-cita saya akhirnya berubah lagi. Gara-gara waktu itu saya melihat banyak tokoh terkemuka di Mesir yang memiliki karya-karya cemerlang. Setelah saya cek, ternyata mereka itu dulunya belajar di jurusan Akidah-Filsafat. Salah satunya ialah tokoh yang sekarang menjabat sebagai Grand Syekh al-Azhar. Syekh Ahmad at-Thayyib. Dan banyak tokoh terkemuka lainnya seperi Ali Sami an-Nassyar, Hamdi Zaqzuq dan lain-lain. 

Akhirnya, di tahun itu, saya pun memutuskan untuk kuliah di jurusan itu. Sejak tahun kedua saya sebetulnya sudah mulai curiga. Kayanya saya nggak cocok deh belajar di jurusan tafsir. Untuk mata kuliah ulum naqliyyah, seperti ulumul qur'an, tafsir tahlili, hadits tahlili, dan sejenisnya, nilai saya pas-pasan. Anehnya, kalau mata kulian ulum aqliyyah, seperti logika, filsafat dan ilmu kalam, nilainya bagus-bagus.

Yasudahlah, kata saya, mungkin ini isyarat kalau saya berjodoh dengan ilmu-ilmu itu. Akhirnya saya memutuskan untuk sekolah di jurusan akidah-filsafat. Meskipun kuatnya stigma negatif bahwa filsafat itu identik dengan pikiran-pikiran sesat. Mahasiswa jurusan filsafat itu nanti kerjaannya nggak jelas, kerjaannya cuma mikir doang, dan lain-lain. 

Saya hanya mengingat2 pesan guru saya, bahwa ilmu apapun, kalau didalami dengan niatan yang positif, dan kita berusaha untuk menjadi ahli dalam bidang ilmu itu, maka dia akan membuahkan hasil. Dia akan memberikan manfaat. Tugas kita itu belajar. Bukan memikirkan pekerjaan. Yang penting belajar aja dulu yang bener. Perkara nanti jadi apa, ya itu urusan belakangan. 

Daaaan, sekarang saya hanya bisa mengamini sepenuhnya perkataan guru saya itu. Pesan ini penting saya sampaikan kepada adik-adik mahasiswa yang suka kebingungan mengambil jurusan ketika kuliah. Saran saya, kuliahlah di jurusan yang Anda sukai. Pelajarilah ilmu yang Anda suka. Dan berusahalah untuk menjadi ahli dalam bidang itu. 

Percaya deh, kalau Anda menempuh cara itu, maka kelak Anda tidak akan menganggur. Orang-orang kuliahan yang di kemudian hari menganggur itu bukan karena salah ambil jurusan. Tapi karena mereka kurang serius dalam belajar. Juga kurang tekun dalam menempa kemampuan. Semua jurusan itu bagus. Asalkan Anda sukai. Dan Anda berusaha untuk menjadi seorang ahli. 

Sewaktu belajar, nggak usah mikir terlalu jauh. Jangan tergoda dengan lembaran duit. Duit itu terlalu rendah jika dibandingkan dengan keilmuan yang kelak akan Anda proleh, kalau Anda belajar dengan benar. Tapi ya gitu. Kalau mau serius belajar, konsekuensinya harus siap kere dulu. Siap hidup prihatin. Siap hidup apa adanya. Dan "penderitaan" itu tak akan sebanding dengan buah yang kelak akan Anda terima. 

Anak muda, jangan berpikiran pendek. Jangan korbankan masa depan cerahmu gara-gara terlena oleh godaan yang bersifat sementara. Sesuatu yang memberi Anda manfaat dunia-akhirat itu lebih layak didahulukan ketimbang yang membuat Anda senang di dunia saja. Ikutilah jalan para ulama. Dan dengarkan nasihat mereka. Niscaya Anda tidak akan menyesal. Percayalah. Karena saya sudah mencoba.

Muhammad Nuruddin 


.

PALING DIMINATI

Back To Top