Bismillahirrohmaanirrohiim

Al-Imam al-Thahawi

oleh Shadiq Sandimula


Al-Imam al-Thahawi hidup pada era dinasti Abbasiyah yang pada saat itu didominasi mazhab Mu'tazilah yang lahir melalui pengaruh Helenistik yang merasuki dunia Islam. Pada saat itu golongan yang berpegang teguh pada al-Qur'an dan al-Sunnah melakukan resistensi yang kemudian menamakan diri sebagai "Ahl al-Sunnah", sehingga lahir secara bersama beragam teologi yang Sunni (teguh pada Sunnah), misalnya al-Asy'ari di Baghdad, al-Maturidi di Samarkand, al-Zahiri di Andalusia, dan al-Thahawi di Mesir. 

Wilayah Iraq merupakan medan pertempuran antara teologi Sunni yang " dogmatis" dan Mu'tazili yang "diskursif". Kalangan Sunni Hanbali yang cenderung defensif kemudian mengalami "mihnah" sebab antipati dengan pendekatan diskursif. Kemudian Asy'ari tampil dengan perangkat diskursif mampu berdialektika dengan Mu'tazilah. Bahkan konon kalangan Hanbali pada saat itu mendukung usaha kalangan Asy'ari. 

Sedangkan di wilayah lain seperti di Mesir pada masa al-Thahawi dikuasai dinasti Thulun yang masih cenderung bersih dari pengaruh Helenistik sebagaimana yang tercermin dalam gubahan teologi Al-Thahawi yang agak kurang sistematis. Sebagai Teologi yang sama-sama berkiblat pada konsep Teologi Abu Hanifah, teologi al-Thahawi memang lebih "dogmatis" dibandingkan al-Maturidi yang cenderung diskursif. Meskipun demikian secara esensial keduanya berpijak pada pondasi yang sama, hanya berbeda dalam artikulasi rinciannya. 

Teologi al-Thahawi memang sangat simpel, terdiri dari ringkasan poin-poin keyakinan yang harus diketahui dan diimani seorang Muslim, didukung dengan ayat-ayat al-Qur'an serta menghindari permasalahan teologi yang pelik tanpa berargumen dengan pemikiran tertentu. Justru karena kesederhanaan uraian ini, teologi al-Thahawi cenderung diterima kaum Muslimin Sunni secara aklamasi, baik Hanbali, Asy'ari dan Maturidi. Hal ini dibuktikan adanya ragam syuruhat, hasyiyat, dan ta'liqat oleh ulama-ulama lintas zaman setelahnya. 

Syarh yang pertama kali muncul atas matan al-Thahawi berasal dari kalangan Maturidi yang lahir hampir setiap generasi, seperti syarh al-Syaibani, al-Turkistani, al-Qunawi, al-Qasthanthini, al-Babirti, al-Ghaznawi al-Busnawi dan sebagainya. Sedangkan dari kalangan al-Asy'ari baru pada era belakangan, seperti syarh al-Hariri, al-Kayfuni, Sa'id Faudah dan sebagainya. Adapun ada satu syarh klasik yang dianggap ganjil oleh kalangan Hanafi-Maturidi yaitu syarh Ibn Abi al-Izz al-Hanafi yang justru diklaim sebagai syarh paling Sunni oleh kalangan Salafi kontemporer karena mengikuti manhaj Taimi. Jadi jarang kalangan Salafi kontemporer punya syarh orisinil atas al-Thahawi melainkan berupa hawasyi dan ta'liqat atas syarh Ibn Abi al-Izz.


.

PALING DIMINATI

Back To Top