Oleh M Salim Kholili
Dulu ustadz yang viral karena rukun sholat itu pernah berkata yang kurang lebih menyebut pernah belajar di mesir (lembaga di bawah naungan Al Azhar) yang katanya ia tidak mendapat ilmu apapun sebelum kemudian pindah belajar di madinah dan seolah mendapat banyak karunia ilmu.
Kini setelah lama usai belajar di madinah pun beliau amburadul dalam menjelaskan bab wudhu (wudhu batal karena terkena najis) lalu bingung dengan bab sholat, setidaknya ini menjawab statementnya sendiri bahwa yang kurang benar bukan tempat belajarnya tapi yang belajarnya sendiri.
Ala kulli hal, kalau guru-guru kami tidak mengajarkan untuk membenci atau merendahkan institusi keilmuan lain meskipun beda "manhaj", saat kami hadir belajar dan menyebutkan bahwa sedang atau telah belajar di UIM (Universitas Islam Madinah) maka Guru kami Abuya Sayyid Ahmad Alawi al-Maliki Hafidzahullah hanya berpesan:
"خذ ما صفى ودع ما تكدَّر"
Kalimat ini masyhur dinasehatkan oleh banyak Ulama' namun dengan diksi كدر bukan تكّدر, hal ini pernah ditanyakan seorang kawan kepada kami apa gerangan alasan dibalik pemilihan diksi ini oleh Abuya Sayyid Ahmad.
Salah satu yang dapat kami simpulkan bahwa dalam kitab "Syadzal 'Araf Fi Fanni As Shorof" disebutkan diantara faidah penggunaan wazan تفعّل yaitu untuk menunjukkan kepura-puraan (menutupi hakikat sebenarnya) sehingga diksi Abuya Sayyid Ahmad jika diartikan menjadi:
"Ambillah yang jernih (murni) dan tinggalkanlah yang dibuat terkontaminasi".
Pemilihan diksi oleh Abuya Sayyid Ahmad ini menunjukkan kehati-hatian dan adab beliau terhadap ajaran Rasulullah ﷺ agar tidak mengesankan seolah ajaran tersebut keruh/kotor (كدر) karena sejatinya ajaran Baginda Rasulullah ﷺ jernih hanya saja orang lain yang membuatnya terkontaminasi.
Wallahu'alam.