Bismillahirrohmaanirrohiim

Salafi atau Wahabi Taimy?

oleh Muhammad Nuruddin


Fakta yang kadang tidak disadari oleh sebagian orang. Bahwa kelompok yang sering menamai dirinya “salafi” itu sebetulnya bukan pengikut ajaran generasi salaf. Tapi mereka adalah pengikut fanatik Ibnu Taimiyyah dan Muhammad ibn Abdul Wahhab. Makanya mereka lebih cocok dinamai “Taimiy/Wahhabi”, bukan “Salafi”. Kadang kita menyebut salafi untuk mengikuti kemauan mereka aja.
 
Tapi, kalau ajaran mereka ini dibelah satu persatu, dengan merujuk pada argumentasi tekstual maupun rasional, apalagi dengan bukti-bukti kesejarahaan, justru mereka inilah pembawa bid’ah yang sesungguhnya. Sayangnya banyak orang awam nggak menyadari itu. Lalu gampang terpukau dengan slogan-slogan mereka yang terlihat menjanjikan.
 
Misalnya mereka punya jargon kembali pada al-Quran dan sunnah. Lalu menuduh kelompok lain tidak merujuk pada keduanya. Dengan slogan itu juga mereka kerap memandang sinis orang yang bermazhab. Padahal, yang bermazhab sendiri sebetulnya merujuk pada al-Quran dan sunnah. Karena mazhab itu hanya sebatas jalan. Bukan tujuan.
 
Wajar kalau pemuda-pemuda hijrah kadang mudah tertipu oleh golongan ini. Karena mereka membayangkan bahwa inilah islam yang murni! Yang lain sudah terkontaminasi oleh bid’ah dan khurafat! Apa yang tidak dilakukan oleh nabi sering dipandang bid’ah oleh kelompok ini. Konsekuensinya, mereka gampang menyesatkan sesama Muslim.
 
Akidah ketuhanan mereka juga sebetulnya bermasalah. Cuma kadang orang nggak sadar dengan itu. Kepada Nabi Muhammad juga kadang mereka nggak beradab. Nabi, misalnya, tidak boleh dipanggil “Sayyidina”, dalam keyakinan mereka. Seolah-olah panggilan itu bisa menjurus pada kemusyrikan. Padahal ulama mereka sendiri sering disanjung setinggi langit. 
 
Yang merayakan kelahirannya disalahkan. Dengan alasan itu tidak ada contohnya di zaman nabi. Bertawassul dengan para wali disesatkan. Dengan alasan menjaga kemurnian tauhid. Padahal ulama salaf sepanjang zaman tidak ada yang melarang praktek itu. Justru yang membolehkan itu punya landasan baik dari al-Quran, sunnah maupun praktek kehidupan para ulama.
 
Walhasil, baik Ibnu Taimiyyah maupun Muhammad ibn Abdul Wahhab itu sebetulnya pembawa bid’ah. Pengikut kedua tokoh ini sering membid’ahkan orang. Tanpa sadar bahwa terbentuknya kelompok mereka itu adalah bagian dari bid’ah itu sendiri. Saya kutipkan pernyataan seorang ulama besar terkait masalah ini. Selamat menyimak. Dan semoga bermanfaat.

https://www.youtube.com/watch?v=L2REtZjjJTw


.

PALING DIMINATI

Back To Top