Oleh Abdul Wahab Ahmad
Judul ini barangkali aneh sebab biasanya Wahabi itu Taymiy dan Taymiy berafiliasi kepada mujasimah yang menjadi lawan dari Jahmiyah. Perseteruan inti kedua kelompok ini hanya sebatas masalah lokasi Tuhan, di mana kelompok Mujasimah menganggap Dzat Tuhan ada di satu lokasi saja dan terbatas di sana secara fisik sedangkan Jahmiyah menganggap Dzat Tuhan ada di mana-mana dan tidak terbatas pada satu lokasi tertentu. Akan tetapi ternyata ketika seorang Wahabi-Taymiy yang nota bene berafiliasi pada kelompok Mujassimah membahas tentang kosmologi, maka dia tidak ada bedanya dengan seorang Jahmiyah. Saya tidak bisa mengatakan semuanya demikian, tetapi setidaknya dalam kasus Mas Firanda di video ini apa yang saya tulis terbukti.
Jahm bin Shafwan, pendiri sekte Jahmiyah, terkenal dengan ungkapannya yang menyamakan Allah dengan udara sebab udara melingkupi segala sesuatu tidak terbatas di satu lokasi saja. Dia berkata:
هو هذا الهواء مع كل شيء وفي كل شيء ولا يخلو منه شيء
"Dia (Allah) adalah (seperti) udara ini. Bersama segala sesuatu, di dalam segala sesuatu dan tak ada satu pun yang tanpanya." (Al-Baihaqi, al-Asma' was-Shifat, 2/337)
Penyamaan Allah dengan udara ini adalah sama dengan mengatakan bahwa kita semua ada di dalam Allah sebab dilingkupi Dzat-Nya. Tiap kali kita menunjuk ke luar, maka di sana ada Allah sebab Dia melingkupi semua. Ucapan ini akan sama persis dengan ucapan mas Firanda di video terlampir
Firanda berkata:
"Siapa bilang Allah cuma di sini" sambil menunjuk satu lokasi di peta kosmologinya.
Setelah itu dia jelas terlihat mau berkata "Allah di mana-mana" tetapi sengaja menghindari kata ini sebab kata ini konotasinya memang menjadi ciri khas para jamiyah, namun sama saja seluruh kalimatnya mengarah pada makna ini. Akhirnya ucapannya belibet sendiri seperti anda dengar.
Berkali-kali Dia berkata Allah di luar makhluk yang ini sama saja dengan berkata bahwa makhluk ada di dalam Allah. Logika yang hendak dibangun adalah karena makhluk sangat kecil dan Allah ukurannya sangat besar maka secara otomatis makhluk "dibungkus" dan "dikelilingi" Dzat Allah. Ini adalah perkataan yang sama persis dengan perkataan Jahm bin shafwan yang menyamakan Allah dengan udara yang melingkupi alam seperti di atas. Bedanya hanya kalau dalam konsep Jahm, udara itu menempel dan dapat masuk ke dalam rongga tubuh kita sedangkan dalam konsep Firanda ini, ada ruang kosong antara makhluk dan Allah tapi intinya sama bahwa Allah melingkupi makhluk dan makhluk berada di dalam Allah atau setidaknya ada dalam sebagian Dzat Allah.
Wahabi yang seluruhnya anti Jahmiyah seharusnya mengkritik keras mas Firanda ini, tapi ternyata tidak. Meskipun ini mengherankan, tetapi sebenarnya bukan cuma Firanda yang mengatakan hal seperti ini. Ibnu Utsaimin juga sama secara implisit mengesankan bahwa Dzat Allah ada di mana-mana. Ibnu Utsaimin sambil menukil Ibnu Qayyim berkata sebagai berikut:
قوله تعالى: ﴿قَرِيبٍ﴾ هو أي: ذاتُه؛ ولهذا صرَّح ابن القَيِّم بأنه قريب بذاته، لكن يَجِب أن تَعلَم أنه مع قُرْبه بذاته فهو مُستَوٍ على عَرْشه
تفسير العثيمين: سبأ ١/٣٠٠ — ابن عثيمين (ت ١٤٢١)
"Firman Allah Ta'ala "Dia dekat" maksudnya adalah Dzatnya. Sebab inilah Ibnu Qayyim menjelaskan bahwa Allah itu dekat dengan Dzatnya akan tetapi harus diketahui bahwa meskipun ia dekat dengan Dzatnya tetapi ia beristiwa di atas arasy." (Ibnu Utsaimin, Tafsir al-Utsaimn)
Pernyataan bahwa meskipun Dzat Allah istawa di atas Arasy tetapi Dzat Allah juga dekat dengan manusia ini tidak bisa tidak harus kita artikan bahwa Dzat-Nya ada di mana-mana. Ini tidak ada bedanya dengan ucapan istrinya Jahm bin Shafwan yang ketika mendengar seseorang berkata bahwa Allah hanya ada di atas Arasy, lalu Istri Jahm berkata:
محدود على محدود
"Berarti Allah terbatas ada di atas tempat yang juga terbatas"
Maksud istri Jahm ini, Allah memang ada di atas Arasy tapi bukan cuma di situ saja sebab kalau cuma di situ berarti terbatas. Kakau dipanjangkan berarti Dzat Allah ada di atas sana sekaligus ada di sini bersama kita. Sama persis bukan?
Dengan seluruh kesamaan antara Wahabi-Taymiy dengan Jahmiyah yang menganggap Allah di mana-mana, anehnya malah Asy'ariyah yang diisukan menganggap Allah ada di mana-mana padahal ajaran Asy'ariyah dengan tegas mengatakan bahwa wujud Allah tidak bertempat di mana-mana sebab bertempat adalah ciri khas makhluk.
Maha Suci Allah dari apa yang disifatkan oleh Jahmiyah dan Mujassimah.