Oleh Abdul Wahab Ahmad
Kadang kita dengar satu dua ceramah yang menanamkan kebencian pada orang kafir seolah tidak ada kebaikan sama sekali dalam diri mereka. Ceramah seperti itu salah dan hanya mencoreng agama ini sebab bukan itu yang diajarkan oleh Nabi Muhammad.
Orang kafir memang salah, tetapi kesalahannya terkait dengan akidahnya yang tidak mau mempercayai Allah dan Nabi Muhammad. Namun di luar itu, mereka seperti halnya seluruh manusia, tetap bisa punya kualitas-kualitas baik yang seharusnya dihargai. Orang kafir yang berakhlak baik misalnya, mereka ini adalah orang yang harus dihargai kebaikan akhlaknya, tidak boleh diperlakukan buruk hanya karena semata dia tidak beriman sebab hakikat keimanan adalah hidayah sedangkan hidayah adalah ranah Tuhan.
Ada sebuah hadis yang menjelaskan bagaimana penghargaan Rasulullah kepada akhlak baik yang dilakukan oleh non muslim. Berikut ini hadisnya:
لَمَّا أُتِيَ بِسَبَايَا طَيِّئٍ وَقَعَتْ جَارِيَةٌ حَمْرَاءُ لَعْسَاءُ ذَلْفَاءُ عَيْطَاءُ شَمَّاءُ الْأَنْفِ، مُعْتَدِلَةُ الْقَامَةِ وَالْهَامَةِ، دَرْمَاءُ الْكَعْبَيْنِ، خَدْلَةُ السَّاقَيْنَ، لَفَّاءُ الْفَخِذَيْنِ، خَمِيصَةُ الْخَصْرَيْنِ، ضَامِرَةُ الْكَشْحَيْنِ، مَصْقُولَةُ الْمَتْنَيْنِ قَالَ: فَلَمَّا رَأَيْتُهَا أُعْجِبْتُ بِهَا، وَقُلْتُ: لَأَطْلُبَنَّ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ ﷺ فَيَجْعَلُهَا فِي فَيْئِي فَلَمَّا تَكَلَّمْتُ أُنْسِيتُ جَمَالَهَا; لِمَا رَأَيْتُ مِنْ فَصَاحَتِهَا فَقَالَتْ: يَا مُحَمَّدُ إِنْ رَأَيْتَ أَنْ تُخَلِّيَ عَنِّي وَلَا تُشْمِتْ بِيَ أَحْيَاءَ الْعَرَبِ فَإِنِّي ابْنَةُ سَيِّدِ قَوْمِي، وَإِنَّ أَبِي كَانَ يَحْمِي الذِّمَارَ، وَيَفُكُّ الْعَانِيَ، وَيُشْبِعُ الْجَائِعَ، وَيَكْسُو الْعَارِيَ، وَيَقْرِي الضَّيْفَ، وَيُطْعِمُ الطَّعَامَ، وَيُفْشِي السَّلَامَ، وَلَمْ يَرُدَّ طَالِبَ حَاجَةٍ قَطُّ، وَأَنَا ابْنَةُ حَاتِمِ طَيِّئٍ فَقَالَ النَّبِيُّ ﷺ يَا جَارِيَةُ هَذِهِ صِفَةُ الْمُؤْمِنِينَ حَقًّا لَوْ كَانَ أَبُوكِ مُؤْمِنًا لَتَرَحَّمْنَا عَلَيْهِ خَلُّوا عَنْهَا فَإِنَّ أَبَاهَا كَانَ يُحِبُّ مَكَارِمَ الْأَخْلَاقِ وَاللَّهُ تَعَالَى يُحِبُّ مَكَارِمَ الْأَخْلَاقِ
"Ketika tawanan dari suku Ṭayy dibawa, ada seorang budak perempuan yang berkulit putih kemerahan, bermata hitam bercahaya, berhidung mancung, bertubuh tegap dan seimbang, dengan mata kaki yang kuat, betis yang berisi, paha yang penuh, pinggang yang ramping, pinggul yang kecil, serta punggung yang halus.
Aku (perawi) berkata, "Ketika aku melihatnya, aku terpesona oleh kecantikannya dan berkata dalam hati, ‘Aku akan meminta kepada Rasulullah ﷺ agar menjadikannya bagian dari rampasan perangku.’ Namun, ketika ia berbicara, aku lupa akan kecantikannya karena ia berbicara dengan fasih."
Perempuan itu berkata, "Wahai Muhammad, barangkali engkau mau membebaskanku dan tidak mempermalukan diriku di hadapan suku-suku Arab. Aku adalah putri pemimpin kaumnya. Ayahku dahulu melindungi kehormatan, membebaskan tawanan, memberi makan orang yang lapar, memberi pakaian kepada yang tidak memiliki, menghormati tamu, menyebarkan salam, dan tidak pernah menolak membantu orang yang membutuhkan. Aku adalah putri Hatim at-Tha'i."
Maka Nabi ﷺ bersabda, "Wahai budak perempuan, ini adalah sifat sejati seorang mukmin. Seandainya ayahmu seorang mukmin, niscaya kami akan memohonkan rahmat baginya. Bebaskan dia, karena sesungguhnya ayahnya mencintai akhlak yang mulia, dan Allah Ta’ala juga mencintai akhlak yang mulia." (HR. Turmudzi dan Baihaqi)
Dari hadis ini kita belajar bahwa akhlak yang baik merupakan kualitas diri yang sangat dihargai dalam Islam. Dari siapapun akhlak itu muncul, maka orangnya akan dianggap sebagai orang yang punya kualitas untuk dihargai. Memperlakukan orang baik secara buruk hanya karena alasan perbedaan agama adalah tanda bahwa orang tersebut tidak memahami ajaran agamanya. Kata "kafir" sendiri maknanya tidak lebih dan tidak kurang dari kata "non muslim", ini istilah netral untuk klasifikasi, bukan sebuah umpatan sebagaimana disangka beberapa kalangan.
Semoga bermanfaat
![](http://www.blogger.com/img/icon18_edit_allbkg.gif)