Oleh Musa Muhammad
Setelah mendapatkan dukungan politik dari Ibnu Saud, seorang politikus handal, yg menjadikan "Arab" ditabah menjadi "Saudi Arab", Muhammad bin Abdul Wahab bersekongkol dengannya guna membentuk arus oposisi menentang kekuasaan Dinasti Utsmani yg berpusat di Turki.
Targetnya adalah mewujudkan mimpi terbentuknya kekuasaan independen, yg mengusng ideologi Islam yg bercita-cita literalis (dzahiriyyah) berorientasi ke belakang (semakin ke belakang mendekati zaman Nabi dianggap semakin murni?) dan mengebiri cara berpikir religius yg ‘substansial dan multidimensional’.
Wahabi telah membidik aspek teologi (tauhid) sebagai arena atau wilayah ‘pemurnian’.
Wahabi berasumsi bahwa antitesa (lawan) tauhid adalah musyrik. Dan syirik dibagi menjadi dua, yaitu syirik kecil dan besar.
Syirik kecil bersifat jelas, adalah sikap yg berlebihan terhadap Tuhan. Jika sikap itu dilakukan kata Wahabi, maka terjewantahlah pemberhalaan.
Ziarah dan tawasul terhadap kuburan Nabi, para sahabat dan orang² saleh, serta mencintai para wali dianggap oleh Wahabi adalah sikap yg berlebihan, karena itu sebagai wujud pemberhalaan. Pandangan ini akan berimplikasi menyejajarkan Nabi dan orang saleh dengan batu (berhala) yg dipuja zaman jahiliyah.
Kita tahu bahwa sikap berlebihan adalah masalah yg sangat relatif dan kondisional. Terbukti, betapa hidup keseharian adalah cermin bagi kita untuk mengaca diri. Betapa kita telah membeda-bedakan cara penyikapan terhadap sekian banyak jenis manusia.
Para orang bijak sudah lama mengingatkan kita akan perlunya sikap adil: "Meletakkan sesuatu pada tempatnya".
“Sikap egaliter (musawah) tidak selamanya cerminan dari sikap adil. Adil adalah sikap proporsional bukan egalitarianisme total”.
Kebutuhan seorang mahasiswa berbeda dengan siswa SD, SMP dan seterusnya. Perbedaan adalah wajar untuk mewujudkan rasa adil, tapi bukan berarti berbeda.
Islam idealis dengan patokan teologi rigid (kaku) yg diandaikan Wahabi menjadikannya sebagai sekelompok serigala berbulu domba: Menawarkan keberadaban dengan cara-cara yg ‘biadab’. Menyergap kelompok yg lain dan yg berbeda.
Nyatanya, setelah gerakan oposan Wahabi mendapatkan back up dari Inggris, mereka berhasil memisahkan diri dari Dinasti Utsmani, dan kisah pembantaian terhadap sesama muslim dimulai. Kota Makkah yg begitu suci dijadikan tempat jagal penyembelihan orang² muslim, yg dianggap sebagai pelaku bidah.
Wahabi merasa tidak puas menghabisi orang² muslim di kandangnya sendiri (Jazirah Arab), akhirnya Wahabi pun menyembelih orang² Syiah di Karbala.
Jargon pemurnian Islam yg diusung Wahabi menjadi ironi. Lantaran sejatinya mereka bukan memurnikan Islam, tapi mengeringkan Islam.
Mendesain Islam sebentuk jalan setapak nan sempit.
Sejenis cara berpikir identitas, yg memberikan ukuran² pasti dan skematisasi kaku. Islam ditonjolkan dalam militansi kesalehan-formalis: Bercelana di atas mata kaki, berjenggot, bercadar dan lain-lain.
Hanya dengan itu pula identitas Wahabi dimanifestasikan. Dada kita akan semakin sesak jika kita melihat betapa Wahabi menyelaraskan agama dan pemikiran keagamaan, lantaran Wahabi tak memberikan sedikitpun hal akal dan intuisi untuk didayagunakan dalam bergumul dengan agama.
"Kita tahu, bahwa pemikiran keagamaan bersifat majemuk karena merupakan produk ijtihadi penalaran manusia hasil pergumulan dengan agama dan realita".
Wacana telogi yg diusung Wahabi adalah sejenis wacana yg absen dari percaturan ilmiah, dengan mengembalikannya ke dalam wacana ‘relijius murni’ yg bertumpu pada makna literalisme teks-teks (tekstual).
Bahasa metafor (majaz) adalah barang haram, berteologi dengan berpikir atau penghayatan intuitif adalah tindakan ‘kriminal’! .
Wahabi dalam menyikapi ayat² ketuhanan pun tetap berpegang pada makna literalisnya.
"Yadullah" semisal, diartikan bahwa Tuhan mempunyai tangan, seperti pendapatnya para salaf saleh, demikian Wahabi berkata.
Sejatinya, nama besar dan harum salaf saleh di sini sedang dijual sebagai alat legitimasinya. Terbukti, para salaf saleh dalam menyikapi ayat-ayat ketuhanan, semisal yadullah, dengan tanpa menentukan makna dan menyerahkan maknanya kepada Allah.
Sementara kita tahu, bahwa Wahabi telah menentukan makna literalisnya dan terperosok ke dalam tajsim (mempersonifikasi Tuhan yg berjasad).
Pengakuan Wahabi sebagai mazhab salaf menjadi musykil. Bahkan, wacana teologi ala Wahabi yg hendak mensakralkan Tuhan, tapi berujung pada desakralisasi (hilangnya kesucian) Tuhan, bisa jadi akan membawa pada "agnostisisme" (pandangan bahwa akal manusia tidak mampu memberikan alasan rasional yg cukup untuk membenarkan baik keyakinan bahwa Tuhan itu ada atau tidak ada).
Prinsip Wahabi ini tak selaras dengan ujaran Nabi Saw, bahwa: “al-Quran bagaikan intan permata yg setiap sisinya memancarkan cahaya yg beragam”. Ini adalah penanda bahwa bahasa al-Quran adalah bahasa yang ambigu dan bahkan ekuivositas (kemajemukan makna).
Ada lapisan makna yg tekandung dalam bahasa al-Quran. Karena itu, semisal para teolog, para filsuf dan sufi merumuskan bangunan teologinya dengan epistemologi filosofis-relijius. Penalaran dan eksperimentasi di-dayagunakan untuk menyibak kandungan makna al Quran yg begitu majemuk, demi meraih penyucian dan pensakralan Tuhan yg jitu.
Wahabi adalah gerakan pembaharuan yg paradoks : "Hendak mengibaskan debu taklid yg mengotori, tapi di saat yg sama menciptakan taklid baru yg lebih ‘menjijikkan’.
Apa buktinya?.
Wahabi melarang pengikutnya untuk bertaklid atas pendapat para ulama umat muslim, ironisnya mereka mendoktrinpengikutnya untuk taklid buta kepada ajaran dan produk² ijtihad wahabi : Seperti pembagian tauhid, nikah misyar, dan fatwa² imitasi murahan agar terlihat seperti ijtihad.
Wahabi melewati jalan literalis sehingga diklaim sebagai neo-Khawarij (kelompok yg menyempal dari jamaa'h).
Anas bin Malik meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
"إن أمتي لن تجتمع على ضلالة، فإِذا رأَيْتم الاختلاف فعليكم بالسواد الأعظم"
Sesungguhnya umatku tidak akan berkumpul pada kesesatan. Oleh karena itu, apabila kamu melihat terjadinya perselisihan, maka ikutilah golongan mayoritas.
والله اعلم
