Bismillahirrohmaanirrohiim

SAAT KETERANGAN SEORANG ULAMA BESAR BERBEDA DENGAN IJMA' ATAU DALIL MU'TABAR

oleh Udan Deres

Seorang ulama' yg sudah dikenal luas keilmuannya bisa jadi beliau akan memunculkan sebuah rumusan yg berselisih dengan ijma' atau dalil-dalil yg sohih. Ibnu Taimiyah salah satu orang berilmu yg sering memunculkan rumusan hukum berbeda dengan ijma' ulama lintas madzhab. Imam Ibnu Hajar al-Haitami menyebutkan hal itu hingga mencapai sekitar 24 rumusan yg bertolak belakang dengan ijma'.

Sebuah contoh lagi misalkan, saat Imam Muhyiddin Ibnul Arobi dalam Futuhat Makkiyahnya menyatakan tentang keimanan Firaun itu bisa menyelamatkan dirinya walaupun hal itu terjadi ketika hampir tenggelam di lautan Nil. Hal ini dibantah oleh sekian banyak ulama' yg menyatakan kafirnya Firaun dan dia akan kekal di neraka.

Bantahan indah untuk Imam Ibnul Arobi pernah disampaikan oleh Imam Ibnu Hajar al-Haitami saat muncul sebuah i'tirodh kepada beliau dengan menggunakan pemikiran penulis Futuhat Makkiyah tersebut. Imam Ibnu Hajar al-Haitami menulis panjang bantahan tersebut dalam kitab karya beliau yg berjudul al-Zawajir 'an Iqtirof al-Kabair, beliau menulis:

ليس هذا الكلام مقررا وإن كنا نعتقد جلالة قائله، فإن العصمة ليست إلا للأنبياء. ولقد قال مالك رضي الله عنه وغيره: ما من أحد إلا مأخوذ من قوله ومردود عليه إلا صاحب هذا القبر يعني النبي صلى الله عليه وسلم

"Apa yg dirumuskan oleh Imam Ibnul Arobi bukanlah hal yg bisa dianggap kuat, walaupun kami masih meyakini keluhuran derajat beliau. Karena sifat 'ishmah hanya dimiliki oleh para Nabi saja.

Imam Malik dan lainnya pernah mengingatkan: setiap orang akan dimintai pertanggung jawaban atas ucapannya. Ucapannya akan dikembalikan kepada dirinya, kecuali sosok yg ada dalam makam ini (maksud beliau adalah Gusti Kanjeng Nabi Muhammad SAW)"

Artinya, siapapun dan setinggi apapun derajat keilmuan seseorang bisa saja merumuskan sebuah hukum sesuai dengan kaidah keilmuan yg terpatri dalam jiwanya. Namun semua rumusan itu akan dimintai pertanggung jawaban oleh Alloh SWT kelak di hari akhirat, kecuali semua rumusan yg pernah dimunculkan oleh Nabi Muhammad SAW.

Lalu beliau melanjutkan,

على أنه قد نقل عن بعض كتب ذلك الإمام أنه صرح فيها بأن فرعون مع هامان وقارون في النار. وإذا اختلف كلام إمام فيؤخذ منه بما يوافق الأدلة الظاهرة ويعرض عما خالفها

"Di sisi lain, telah ada nukilan² dari kitab² tulisan Imam Ibnul Arobi yg menyatakan bahwa Firaun, Haman dan Qorun mereka bersama-sama masuk ke dalam neraka.

Maka, ketika ucapan atau rumusan seorang imam besar berselisih dari satu karya dengan karya yg lain, maka perlu ditimbang ulang dengan dalil-dalil secara dzohir yg ada, dan boleh bahkan perlu meninggalkan rumusan beliau yg menyelisihi lahirah dalil-dalil tersebut"

Hal ini disampaikan oleh Imam Ibnu Hajar al-Haitami saat menanggapi rumusan yg dimunculkan oleh seorang ulama' besar yg diakui keluhurannya, Imam Ibnul Arobi, dalam masalah ini.

Beliau tetap bersikap objektif saat dihadapkan dengan keputusan seorang ilmuan besar dikala berbeda dengan rumusan beliau sendiri. Sikap atau adab seperti ini adalah perlu atau bahkan wajib demi amanat ilmu itu sendiri. Bukan karena merendahkan keluhuran ulama lain yg berbeda pendapat dengan beliau.

Kalau sosok sekelas Imam Ibnul Arobi saja tidak luput dari kesalahan, apalagi ulama' sekarang yg jauh kelas keilmuannya dengan beliau-beliau para imam tersebut. Berapa banyak kita lihat sebuah keputusan hukum yg kemudian berbeda dengan lahiriah sebuah atau beberapa dalil yg ada, terasa janggal dalam rumusan tersebut. Sehingga sangat dan sangat maklum ketika terjadi perbedaan pendapat atau bahkan bantahan terhadap keputusan yg dinilai lemah dan jauh dari pemahaman dalil yg ada.

Salam waras 🇲🇨


.

PALING DIMINATI

Back To Top