Harian Jogja (Jum'at, 25 Juni 2010 10:31:42)
Karena padatnya aktivitas mungkin tak terasa saat ini kita berada pada minggu pertama dari bulan Rajab, salah satu bulan yang dimuliakan Allah. Ketika memasukj bulan ini saya teringat sewaktu masa kecil, dimana dahulu pada bulan Rojab seperti ini ketika menjelang didirikan salat terdengar senandung doa dari masjid-masjid, surau dan musala yang diambil dari doa Rosulullah SAW,
“Allahumma bariklana fi Rojaba wasya’bana wa ballighna Romadhona [Yaa Alloh, berkatilah kami di bulan Rojab dan bulan Sya’ban dan sampaikanlah kami kepada bulan Romadan] “.
Rosullullah memohon barokah kepada Allah di awal bulan Rajab adalah tanda bukti bahwa bulan ini merupakan salah satu bulan yang dipilih oleh Allah ta’ala untuk melimpahkan barokah-Nya dan Rosulullah memberikan contoh supaya mencerap besarnya barokah tersebut. Akan tetapi sayang sekali budaya tersebut sekarang kelihatanya hampir punah.
Ada beberapa bukti akan kemuliaan Rajab ini. Jika kita menengok sejarah sebagaimana bulan harom lainnya pada bulan Rajab, generasi pertama kita diperintahkan untuk menghentikan peperangan. Syaikh Abdul Qodir Jailani Rodliyallahu ‘Anhu menerangkan dalam kitabnya Al Ghoniyyah jilid I halaman 173 bab Fadlo-ilu Syahri Rojab (keutamaan Rajab) bahwasanya sebelum kota Makkah dikuasai Rosulullah, penduduk Madinah takut melakukan perjalanan ke Mekah di bulan Rajab, khawatir dibunuh oleh orang-orang kafir Mekah. Maka turunlah ayat ke-36 QS At Taubah yang kurang lebih artinya:
“Sesungguhnya jumlah bulan menurut Allah ialah dua belas bulan (sebagaimana) dalam ketetapan Allah pada waktu menciptakan langit dan bumi yang diantaranya terdapat empat bulan harom (itulah) ketetapan agama yang lurus maka janganlah kamu mendholimi dirimu dalam (empat bulan itu)'.
Salah satu dari empat bulan dalam ayat tersebut adalah bulan Rajab.
Dalam kitab yang sama juga disebutkan bahwa Rosulullah bersabda: “ Ingatlah sesungguhnya bulan Rajab itu sebagian dari bulan-bulan harom. Di dalamnya Allah Ta’ala menaikan Nuh di atas kapal dan Nuh puasa di kapal, dan telah memerintahkan kepada orang-orang yang besertanya puasa. Maka Allah Ta’ala menyelamatkan mereka dan mengamankan dari tenggelam dan Allah Ta’ala membersihkan bumi dari orang-orang kafir dan makasiat dengan topan “
Syaikh Abdul Qodir RA juga menerangkan bahwa kata Rajab tersususun dari 3 huruf: yakni huruf ro’ yang berarti rahmatullah (rohmat/kasih sayang Allah), huruf jim yang berarti juudullah ( limpahan kemurahan dari Allah) dan huruf ba’ yang berarti birrullah ( kebaikan Allah )
Senada dengan doa nabi, para ulama juga mengibaratkan bahwa Rajab adalah saatnya menanam, bulan Sya’ban saat memupuk, dan Ramadan-lah saat kita menuai. Sebagaimana kita ketahui pada Ramadan kita dijanjikan pahala dan keutamaan yang melimpah. Akan tetapi kita tentunya tidak dapat seketika itu juga mampu berlomba-lomba atau secara optimal dalam beribadah tanpa mempersiapkan diri sebelumnya.
Sebagaimana ketika kita bekerja didahului dengan rencana, latihan, dan persiapan yang matang, seorang olahragawan sebelum melakukan latihan maupun pertandingan harus mempersiapkan fisiknya dengan pemanasan. Bahkan (maaf) fore play juga dianjurkan sebelum melakukan hubungan suami istri sebagai salah satu tips mengukuhakan keharmonisan rumah tangga. Ibadah di bulan Romadhon pun membutuhkan persiapan mataang baik fisik. mental maupun spiritual. Dan saat yang dianggap tepat adalah bulan Rajab yang disamakan seperti masa menanam. Dengan harapan kita akan menuai manisnya ibadah di bulan Romadhon tanpa merasa terpaksa dalam mengejar point. Dan kita telah melewati pekan pertama masa tanam yang tidak akan lama ini. Sudahkah kita memulainya? Hanya pada Allahlah kita memohon petunjuk dan pertolongan. Wallahu a’lam.