Oleh: Jum'an Basalim
Almarhum Gus Dur pernah mengatakan bahwa
beliau sangat menghormati Megawati karena ia adalah Putri Bung Karno.
Bung Karno adalah keturunan Raden Patah sedangkan Gus Dur adalah
keturunan Raden Kusen adik kandung (seibu lain ayah) dari Raden Patah.
Kata almarhum: "Dari segi keturunan saya dari pihak yang muda, jadi saya
menghormati keturunan Bung Karno". Padahal baik Raden Patah (Sultan
Demak pertama) dan Rade Kusen (Adipati Terung dari Majapahit) keduanya
hidup sekitar tahun 1500-an. Bila benar, alangkah berkesan dan mulianya!
Tetapi yang lebih banyak terlihat dalam sejarah adalah sebaliknya yaitu
lingkaran balas dendam yang tak pernah putus. Dari tahun-ketahun dari
generasi kegenerasi dari abad keabad mausia terbelenggu oleh rantai
balas dendam. Kalau kamu mecubit akan saya cakar. Seharusnya sudah;
selesai. Tetapi kamu malah mengigit. Maka kutelan kau sebagai
pembalasan. Begitu seterusnya sampai tidak ketahuan lagi siapa yang
memulai.
Menurut Kevin Carlsmith, seorang social
psychologist, alasan balas dendam adalah untuk mencapai pelampiasan
emosi (catharsis). Tetapi penelitian lebih lanjut membukitkan balas
dendam ternyata kontra produktif untuk mencapai tujuan pelampiasan
emosi. Seorang pembalas dendam pikirannya akan melekat terus pada
sasarannya sehingga luka hatinya tetap menganga dan akan semakin makin
parah bila balas dendamnya tidak atau belum terlaksana. Menurut Simon Critchley
filosofer Inggris lahiran 1960, roda kekerasan dibalas kekerasan akan
menggelinding terus tanpa henti dan tak terelakkan akan membawa
kerusakan. Peribahasa China mengatakan, sebelum berangkat membalas
dendam galilah dua liang lahat. Pembalas dendam umumnya menyebut
tindakannya sebagai membela diri, melindungi hak atau menegakkan
keadilan. Hanya Tuhanlah yang mengatahui segala rahasia yang tersembunyi
yang mampu menghakimi dengan benar dan adil.
Serangan 11
Sept. 2001 misalnya, dibenarkan oleh Usamah Bin Ladin segagai
pembalasan yang setimpal atas penggunaan tanah airnya (Saudi Arabia -
dimana dua tempat suci Islam berada) sebagai pangkalan untuk menyerbu
Iraq pada Perang Teluk Pertama tahun 1990-91. Serangan 11 September
justru dijadikan sebagai justifikasi oleh Amerika untuk menyerbu
Afganistan dan kemudian Iraq. Dan pembalasan demi pembalasan silih
berganti sampai sekarang. Pembalasan dendam nyata-nyata merupakan
pangkal kehancuran. Mengikut peribahasa China diatas Amerika (dan juga
Bin Ladin) sewajarnya masing-masing menggali dua liang lahat sebelum
berangkat membalas dendam. Kata Simon Critchley dalam tulisannya The Cycle of Revenge,
kuburan Bin Ladin didasar laut sudah terisi tetapi masih ada satu liang
lahat yang menganga. Melihat apa yang terjadi sampai saat ini nampaknya
itu adalah kuburan untuk Amerika. Bin Ladin hanya menghabiskan 500 ribu
dolar untuk serangan 11 Septembernya semantara Amerika paling sedikit
telah menghabiskan 500 milyar dolar untuk pembalasan dendamnya. Lihat angka tepatnya disini!
Belum lagi nyawa tentara yang hilang. Sehingga satu dolar yang
dikeluarkan Bin Ladin terpaksa ditebus dengan sejuta dolar oleh Amerika.
Kerawanan keuangan Amerika saat ini setidaknya sebagian adalah dampak
dari tonjokan Bin Ladin. Pemerintah Federal, Negara Bagian, Pemerintah
Kota bahkan individu semua sarat dengan hutang. Amerika hampir bangkrut
dibuatnya.
Kehancuran dan kerusakan akan jauh berkurang
seandainya belenggu rantai balas dendam dapat diputuskan. Tetapi itu
mustahil karena sifat manusia selalu cenderung untuk merugi dan jahat.
Bayangkan bila kita mengikuti petunjuk agama kita. Surat Asy Syuro ayat
40 mengatakan: “Balasan perbuatan jahat adalah kejahatn yang seimbang
dengannya, barang siapa yang memaafkan dan berlaku damai, pahalanya ada
ditangan Allah. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
zalim." Dan bayangkan seandainya pihak sono juga mengikuti petunjuk
agama mereka. Dalam Kitab Perjanjian Baru disebutkan bahwa memaafkan itu
tidak cukup tujuh kali tetapi tujuh puluh kali tujuh kali.... Bila
ditampar pipi kiri, berikan pipi kanan! Tentu jalannya sejarah menjadi
lain. Wallohu a'lam. (Link/ referensi dapat dilihat di :
jumanb.multiply.com)