Oleh: Jum’an Basalim
Diangkat pena dari tiga golongan; dari
orang tidur sampai ia bangun, dari anak-anak sampai dia baligh dan dari
orang gila sampai dia waras. Begitu hadis riwayat Abu Daud. Artinya
orang tidur, anak kecil dan orang gila bebas hukum. Adil, wajar dan
masuk akal. Senang hati saya menerimanya. Memangnya mau berbuat apa
orang tidur! Ken Parks pria Kanada berusia 23 tahun, menderita insomnia
(kelainan tidur) yang parah akibat pengangguran dan hutang judi. Dipagi
buta 23 Mei 1987 ia bergegas masuk kemobilnya dan melaju menuju rumah
mertuanya sejauh 23 km. Sampai disana tanpa alasan yang jelas ia menikam
ibu mertuanya sampai mati; padahal sang mertua biasa menyebut dia
sebagai menantu yang lemah-lembut. Ia lalu meluncur menuju kekantor
polisi dan melapor: “Saya kira saya baru membunuh orang…” dan ia baru
sadar bahwa tangannya sendiri juga terluka. Didepan pengadilan ia
mengaku tidak ingat membunuh mertuanya. Juga tidak ada alasan untuk itu.
Tim pembelanya yang terdiri dari seorang psikiater, seorang psikolog,
seorang neurolog dan seorang pakar masalah tidur, berhasil membuktikan
bahwa Ken dalam keadaan tidur waktu melakukan kejahatan itu dan tidak
menyadarinya. Iapun dinyatakan tidak bersalah dan dibebaskan. Pemerintah
Kanada naik banding atas keputusan ini, tetapi Mahkamah Agung justru
menguatkan pembebasan Parks pada 1992. Lain halnya dengan Scott Falater
dari Phoenix Arizona. Pria 40an ini menikam Yamila istrinya 44 kali
hingga tewas pada 1997, dan mayatnya dimasukkan kedalam kolam. Ia juga
mengaku tidak sadar, dan didukung dengan bukti-bukti dari para ahli
seperti pada kasus Ken. Tetapi pengadilan Phoenix tidak percaya bahwa
orang tidur dapat begitu rapih dan terencana melakukan suatu pembunuhan
seperti itu, sehingga juri memutuskan ia bersalah dan dihukum seumur
hidup.
Parasomnia, yaitu penyakit kelainan tidur yang meliputi
perilaku abnormal, perasaan, pengalaman dan kegiatan syaraf yang tidak
wajar selama dan ketika bangun dari tidur, memang menakutkan.
Penderitanya dapat menunjukkan nafsu primitif serta agresif, mencederai
diri atau orang lain, terganggu kesehatan dan pergaulannya, malu,
bingung dan depresi karena sering kehilangan control dimalam hari.
Parasomnia dapat dialami oleh siapa saja tanpa pandang usia bahkan janin
dalam rahim. Untungnya parasomnia dapat didiagnose dan diobati dengan
efektif. Terlepas dari kenyataan bahwa tidur itu penting bagi kesehatan,
apa gunanya dan mengapa kita perlu tidur, tetap misterius.
Bertahun-tahun data yang dikumpulkan para ahli menunjukkan bahwa tidur
atau kurang tidur mempengaruhi otak. Disimpulkan bahwa tidur adalah
penting untuk mengukuhkan ingatan yang baru dibentuk. Penelitian yang
lebih mutakhir bahkan menunjukkan tidur juga membuat ruangan untuk
pembentukan ingatan yang baru, semacam menyiangi tanaman tanaman padi
agar dapat tumbuh lebih subur. Tidur membantu keseimbangan antara
ruangan dan sumberdaya otak. Dalam keadaan terbangun, otak terus menerus
terkena informasi baru yg datang dari panca indera kita. Informasi ini
membentuk ingatan baru dan pelajaran tentang dunia sekitar. Sel-sel otak
tumbuh dan bercabang serta membuat koneksi-koneksi baru. Perubahan ini
makan tenaga dan ruangan, yang adanya terbatas. Waktu tidurlah
ranting-ranting yang tidak perlu itu dipangkas dan ditinggalkan
cabang-cabang yang penting saja. Otakpun menyusut dan siap untuk
mengembang lagi esok hari guna meyerap informasi baru.
Tidur itu
penting! Tidur itu tanda kekuasaan Alloh ( Ar-Rum 23), tidur itu
istirahat (Al-Furqon 47). Hanya Alloh yang tidak mengantuk dan tidak
pula tidur (Al Baqoroh 225). Ikan Paus raksasa sampai lalat dan nyamuk
semua butuh tidur. Bahkan iguana tidur dengan mata sebelah bergantian
saking hati-hatinya. Jadi hormatilah orang tidur! Sekalipun hanya
“ngliyep” 5 menit dikantor.