Oleh: Jum'an
Rasulullah bersabda: “Jika engkau tertimpa
suatu musibah, maka janganlah kau katakan: ‘Seandainya aku lakukan
begini dan begitu.’ Tetapi katakan: ‘Ini sudah jadi takdir Allah. Setiap
apa yang telah Dia kehendaki pasti terjadi.’ Karena perkataan
seandainya (lau) dapat membuka pintu syaitan.” (HR. Muslim). Bagaimana
rasanya kalau sahabat anda mengatakan: "Seandainya kamu tidak mengajak
adikku pulang kampung naik motor lebaran yang lalu, dia tidak akan
ketabrak truk dan sekarang tentu dia masih hidup!" Alangkah pahitnya!
Pintu syaitanpun terbuka dan mereka akan bergegas masuk untuk
mengobarkan dendam dan prasangka. Hanya keyakinan kita kepada takdirlah
yang dapat memadamkan dan megobatinya sehingga kita terhindar dari luka
hati yang berkepanjangan. Itu adalah musibah yang sudah terjadi, sudah
takdir, tak perlu meja-hijau tak perlu otopsi apalagi ganti rugi! Untung
tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak; sudah ada peribahasanya.
Tetapi
lain ladang lain belalang. Rambut kepala sama hitam tapi pikiran
berbeda-beda. Bila anda menyimak jalannya pengadilan Dr. Conrad Murray
yang dituduh menghilangkan nyawa Michael Jackson di Amerika sana, anda
akan berkali-kali mendengar perkataan "tentulah dia masih hidup
sekarang, seandainya............" Dr Alon Steinberg, cardiologist,
sebagai saksi ahli tandas-tandas menyatakan bahwa Michael Jackson tentu masih hidup seandainya
Dr Conrad Murray langsung menelepon 911 segera setelah ia melihat
Michael tidak lagi bernafas. Catatan telepon menunjukkan Dr Murray malah
memanggil asisten Jackson untuk minta bantuan sebagai gantinya. Bahkan
Dr Steinberg bersaksi bahwa ada 6 tindakan yang seandainya Dr Murray
menghindarinya, Michael Jackson tentu masih hidup sekarang. Termasuk
diantaranya menggunakan obat penenang Propofol dengan cara yang salah,
tidak ada personil dan peralatan yang lengkap, melakukan CPR dengan
cara sangat salah pula.
Lain lagi dengan kematian Steve Jobs seorang genius, pendiri Apple Inc.
dan pencipta I-Phone dan I-Pad. Ia dipersalahkan oleh sebagian
masyarakat Amerika dengan alasan: "seandainya dia tidak menempuh
pengobatan alternatif untuk mengobati kangkernya, pasti dia masih hidup
sekarang." Ia didiagnosa mengidap tumor neuroendocrine pada tahun 2003
sejenis kangker pankreas yang jarang dan lambat pembiakannya, sehingga
lebih dapat ditangani. Keluarga dan teman-teman dekatnya mendesak untuk
segera dioperasi. Tetapi ia memilih cara lain karena ia tidak mau
tubuhnya ‘dibuka’. Ia mengikuti diet, tusuk-jarum, minum macam-macam
sari buah dan obat-obat herbal. Ia mengatakan: biar saya menjadi orang
pertama yang mengalahkan kangker dengan cara ini, atau menjadi contoh
terakhir yang mati karenanya. Setelah 9 bulan tanpa kemajuan dia baru
menyerah dan berpindah kepengobatan medis. Tetapi kangkernya sudah
menjalar. Meskipun demikian ia masih dapat bertahan selama 7 tahun
sampai meninggal awal Oktober 2011 yang lalu. Ramzi Amri dokter peneliti
dari Univ. Harvard menyimpulkan bahwa menilik kenyataan yang ada
nampaknya wajar untuk mengasumsikan bahwa pilihan Steve Jobs untuk
berobat alternatif akhirnya telah menyebabkan kematian dini yang tidak
perlu.
Yang jelas Steve Jobs menderita kangker dan banyak
penderita kangker mati termasuk yang menempuh pengobatan medis yang
canggih sekalipun. Saya hidup sehat lebih dari 10 tahun sejak saya
melakukan cangkok ginjal dan saya sangat bersyukur. Beberapa penderita
gagal ginjal yang saya kenal, menolak cuci darah, mereka memilih berobat
alternatif dan kebanyakan mereka tidak lama kemudian meninggal dunia.
Mereka yang melakukan cangkok ginjal bersama saya, tidak semuanya
berhasil sebagian juga meninggal beberapa bulan sesudah cangkok. Jadi
sewajarnya lakukan saja pilihan berdasar kemampuan, lalu laksanakan
dengan tawakkal dan percaya pada takdir Yang Maha Kuasa. Apapun
hasilnya, jangan lagi katakan seandainya.
(Link diatas didapat dari jumanb.multply.com)