Ole: Jum'an Basalim
Gambar Muammar Gaddafi yang berlumuran
darah dalam siaran TV beberapa waktu yang lalu mungkin membuat gemetar
pemimpin Siria dan Yaman, sesama tyran yang sedang menghadapi perlawanan
rakyat. Paling mengerikan tentunya bagi Safia Farkash isteri Gaddafi;
suami dan anak-anaknya mati mengenaskan satu demi satu. Tetapi bagi yang
tak berkepentingan tragedi itu hanyalah sebuah berita televisi,
tontonan yang kesannya akan segera hilang oleh berita-berita dan acara
TV selanjutnya. Apa boleh buat. Saya pun hanya menyimak bagian-bagian
yang spesifik dan menarik, meskipun mungkin tidak penting. Pada hari
naas itu, yang banyak orang sudah tahu bakal terjadi, konvoi Gaddafi dan
pengikut setianya sedang bergegas meninggalkan Sirte, ketika tiba-tiba
di bom oleh pesawat tempur Perancis. Banyak yang mati. Gaddafi yang
terluka dengan beberapa orang terdekatnya turun dari mobil dan
bersebunyi dalam lubang drainase dibawah jalan raya. Tetapi tidak lama
kemudiam datang pasukan pemberontak menemukan mereka dan menyeretnya
kejalanan. Kata seorang dari mereka: “Dia menyebut kita tikus. Sekarang
lihat dimana kita temukan dia!” Dari video amatir yang direkam oleh
salah seorang pemberontak nampak Gaddafi berlumuran darah. Kata-kata Gaddafi yang berhasil diterjemahkan oleh Kantor berita Sky News adalah:
"Mau apa kalian! Perbuatan kalian ini salah. Kalian tahu atau tidak
apa yang benar dan yang salah? Perbuatan kalian ini haram! Tidak
diperbolehkan dalam hukum Islam. Haram" . Seorang menariknya keluar dengan berteriak: "Allahu Akbar". Ketika Gaddafi dengan nada minta dikasihani berkata"Apa yang saya perbuat terhadap kalian?”, seorang
pemberontak berteriak "Diam kau anjing!" lalu terdengar suara tembakan.
Dalam gambar berikutnya Gaddafi nampak sudah tergeletak tak bernyawa.
Keterangan dokter menyebutkan ada dua peluru dibadannya, satu diperut
dan satu dikepala.
Jendral Mansour Dao,
orang kepercayaan Gaddafi adalah saksi hidup yang berada bersama sampai
saat terakhir. Rombongan pelarian Gaddafi dipimpin oleh Mutassim
anaknya. Gaddafi sendiri tidak berbuat atau merencanakan apapun.
Mutassim tidak berdisiplin, kata Mansur Dao. Konvoi yang dicegat Nato
itu rencananya berangkat dari Sirte sebelum fajar, disaat pasukan
pemberontak sedang beristirahat. Tetapi molor sampai jam 8 pagi dan baru
3 km perjalanan, pesawat jet tempur Perancis sudah menghadangnya dan
tak lama disusul oleh pasukan pemberontak. Selama minggu-minggu terakhir
rombongan pelarian itu berada di Sirte kota kelahiran Gaddafi. Mereka
berpindah-pindah dari rumah kosong yang satu kerumah kosong lain.
Gaddafi yang terbiasa dengan kekayaan dan kemewahan, terpaksa tinggal
dirumah yang ditinggalkan penghuninya, tanpa listrik tanpa air. Memungut
sisa-sisa makanan yang tertinggal. Gaddafi hanya membuat catatan,
membaca buku, atau memanaskan air untuk membuat teh sendiri. Sepanjang
waktu, ia dalam keadaan stress, marah, sedih, murung tidak berinisiatif
apapun. Orang-orang dekatnya berkali-kali menasehati agar dia melarikan
diri keluar negri tapi ia menolak dan mengatakan ingin mati ditanah
leluhurnya. Tiba-tiba ia ingin agar rombongan berpindah kedesa
kelahirannya di Jaref, 20 km dari Sirte sementara pasukan pemberontak
makin mendekat. Itulah hari naasnya. Gaddafi telah menulis wasiat sebelum meinggalkan Tripoli:
“Inilah
Wasiatku. Saya, Muammar bin Mohammad bin Abdussalam bin Humaid bin Abu
Manyar bin Humaid bin Nayil al Fuhsi Gaddafi, sungguh-sungguh bersumpah
bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad saw adalah
Rasul-Nya. Saya berjanji bahwa saya akan mati sebagai seorang Muslim.
Kalau saya sampai mati terbunuh, saya minta dikubur secara Islam, dalam
pakaian yang saya kenakan pada saat kematian saya, tetapi dengan tubuh
saya tidak dimandikan, di pekuburan Sirte, di samping makam keluarga dan
kerabat saya.
Saya ingin keluarga saya, terutama
perempuan dan anak-anak diperlakukan dengan baik setelah kematian saya.
Bangsa Libya harus melindungi identitas, prestasi, sejarah dan citra
terhormat leluhur dan pahlawan mereka.dsb, dsb”.
Segera setelah kematiannya pemerintah peralihan Libia menerima statemen resmi dari Qabilah (suku) Al-Gaddafah yang berbunyi:
“Kami
para sesepuh dan pemimpin kabilah al-Gaddafa di Libya dan luar negeri
meminta jasad putra kami Muammar Gaddafi, dan anak-anaknya diserahkan
kepada kami, untuk menguburkan mereka di kampung halaman mereka Sirte
secara Islam. Inna lillahi wa inna ilaihi rojiuun."
Abdel Azim Maghribi, mantan pengacara Gaddafi , yang juga Wakil Sekjen Persatuan Pengacara Arab yakin bahwa Muammar Gaddafi mati membela diri.
"Mati dalam mempertahankan hidup, menurut hukum Islam adalah mati
syahid." Ia menambahkan bahwa penganiayaan yang dialaminya sebelum mati,
mungkin menghapuskan dosa-dosa yang ia lakukan terhadap rakyat Libia.
Perlu diketahui, diantara kekejaman Gaddafi adalah pembantaian massal
1.200 tahanan pada tahun 1996. Ia menyimpan uang sebanyak 200 milyar
dolar dan Safia isterinya mempunyai 20 ton emas, bercokol selama 42
tahun dan segudang kekejaman lainnya.