Oleh Zainal Wong Wongan
Sangat menarik jika kita membaca jejak kemenangan para pelaku sejarah, disana kita mendapatkan sedikitnya 3 kemampuan, ialah:
1. Tekad dan persatuan
2. Strategi
3. Senjata canggih.
Para Penakluk tidak akan pernah lepas dari 3 hal diatas, yang
paling menarik adalah soal senjata, kita mengenal Nabi Dawud yg tiba2
muncul disaat yg kritis dg senjata canggihnya yaitu ketepel Besi dg
lontarannya yang memporak porandakan musuh, kita mengenal Sayyidina Ali
dengan Pedang Dzul Faqornya yang mampu membelah badan musuhnya sekaligus
dengan kudanya.
Kita juga mengenal Shalahuddin penakluk konstantinopel dengan
ketajaman pedang damascusnya yang mampu membelah tameng baja para
templar.
Akan semakin menarik, jika kita fokuskan pada besi2 yg dijadikan senjata mereka beserta kedahsyatannya dg sebuah ayat yang unik:
وأنزلنا الحديد فيه بأس شديد
"Dan Kami turunkan BESI yg didalamnya terdapak kekuatan yang dahsyat"
Anehnya, tak pernah ada fakta bahwa ada besi yang melayang layang
turun dari langit ke bumi, kecuali ada pesawat terbang yang jatuh,
itupun berasal dari bumi juga, bukan pesawat asli dari langit.
Untuk mengatasi kebuntuan itu para mufassir menafsirkan anzalna
(menurunkan) dengan tafsir ja'alna (menjadikan). Masalah ini akan
terlalu panjang jika dibahas, yang jelas ilmu pengetahuan memberikan
fakta bhw besi memang benar benar diturunkan dari langit, tentu saja yg
dimaksud adalah prosesnya.
Ulama kita jauh lebih menyadari akan pentingnya sebuah ilmu
perbesian ini, sebut saja Al Kindi dan Abu Raihan Al Biruni dg karya
terkenalnya "al jamahir fi ma'rifatil jawahir"
Keduanya adalah ilmuan2 yg karyanya diserap tuntas oleh barat,
karena kekaguman mereka atas rahasia dibalik kekuatan pedang persia.
Memang benar, barat telah sukses menyedot ratusan disiplin ilmu
dari para pakar Islam, mulai dari fisika, matematika, teknologi,
metalogi, astronomi dll.
Bagaimana dg Kaum Muslimin? Ilmu orang Islam benar2 telah disedot
habis oleh mereka, hanya ada satu yang tertinggal, yaitu ILMU DEBAT.
Mahmud Ghaznafi, seorang penakluk Muslim yang besar dari abd 11
menduduki tempat terkemuka diantara para pelindung ilmu pengetahuan.
Mahmud Ghaznafi mengikut ssertakan dalam pemerintahannya dua pemimpin
besar dunia Islam, yaitu Firdausi dan Al Biruni. Firdausi menjadi
penulis karya kenamaan Syahnama, yang dikenal di seluruh dunia,
sedangkan Al Biruni adalah jenius yang menguasai berbagai ilmu
pengetahuan pada zamannya, satu diantara pemikir terbesar Islam, dan
yang di masa hidupnya merupakan raksasa intelektual terbesar dari abad
pertengahan. Ibnu Sina dikatakan pernah menyingkir karena takut bersaing
dengan Al Biruni.
Abu rayhan Muhammed Ibnu Ahmad Al-Biruni terlahir menjelang terbit
fajar pada 4 september 973 M di Kath (Kiva sekarang). Sebuah kota di
sekitar wilayah aliran sungai Oxus, Khwarizm (Uzbekistan), atau di
kawasan Danau Aral Asia tengah. Masa kecilnya tidak banyak diketahui.
Al-biruni dalam biografinya mengaku sama sekali tidak mengenal ayahnya
dan hanya sedikit mengenal kakeknya.
Selain menguasai beragam ilmu pengetahuan, Al-biruni juga fasih
dengan sederet bahasa seperti Arab, Turki, Persia, Sansekerta, Yahudi
dan Suriah. Semasa muda dia menimba ilmu matematika dan astronomi dari
Abu Nasir Mansur.
Kemenangan Mahmud membuka kawasan timur laut India bagi Agama
Islam, dan Al Biruni memanfatkan peluang emas untuk berkelana selama 20
tahun menjelajahi anak Benua itu, sekaligus mempelajari filsafat Hindu,
ilmu pengetahuan dan agama dari para pandit terpelajardan sebagai
gantinya menyebarkan ilmu Arab dan Yunanikepada mereka. Pada usia
mudanya beliau masih menyempatkan diri untuk mempelajari bahasa
Sanskrit, agar dengan mudah menguasai perbendaharaan yang luas dari ilmu
pengetahuan India. Perburuan ilmu yang dilakukan Al Biruni ke berbagai
penjuru menghabiskan 40 tahun dari masa hidupnya.
Sejarawan terkenal dari India, Sir J.N Sircar, mengatakan, "Hanya
sedikit yang memahami fisika dan metafisika, Dianatara yang sedikit itu,
yang terbesar di Asia adalah Al Biruni sekaligus filosuf, dan ilmuwan,
serta unggul di kedua lapangan yang berbedaitu". Al Biruni menduduki
tempat yang mulia da antara orang orang arif yang dihasilkan Dunia
Islam.
Selanjutnya baca di: