Oleh Muhammad Akbar
Kisah Al-Habib Ali Al-Habsyi dan Sarungnya
Di waktu al-Habib Ali bin Abdurrahman al-Habsyi Kwitang masih hidup dan dalam keadaan sehatnya, beliau senantiasa melaksanakan shalat lima waktu di masjidnya, yang tidak jauh dari kediamannya.
Suatu hari tatkala al-Habib Ali bin Abdurrahman al-Habsyi akan menunaikan shalat Dzuhur berjamaah di masjid, datanglah seorang pengemis yang berpapasan dengan al-Habib Ali bin Abdurrahman al-Habsyi di depan rumah beliau.
“Apa yang bisa saya bantu untuk Anda?” Ujar al-Habib Ali bin Abdurrahman al-Habsyi kepada pengemis itu.
Dijawab oleh pengemis: “Saya butuh sarung.”
“Maaf saya belum punya yang baru, bagaimana kalau minta yang lainnya?” iba al-Habib Ali bin Abdurrahman al-Habsyi pada waktu itu.
Kata si pengemis: “Tidak. Saya hanya mau sarung! Dan sarungnya yang engkau pakai ya Habib!”
“Tidakkah bisa minta yang lainnya? Karena saya ingin segera ke masjid. Bersediakah yang lainnya saja?” Begitu al-Habib Ali bin Abdurrahman al-Habsyi menimpali.
Lalu si pengemis itu berkata: “Katanya engkau seorang habib, katanya kau Ali Habsyi, mana Ali Habsyi yang saya dengar?”
Mendengar yang demikian itu kemudian al-Habib Ali bin Abdurrahman al-Habsyi berkta kepada pengemis: “Tunggulah sebentar saya ke dalam dulu.”
Dengan bergegas al-Habib Ali bin Abdurrahman al-Habsyi masuk ke dalam rumahnya untuk menemui istrinya. Lalu beliau bertanya pada sang istri: “Wahai istriku, apa masih ada sarung di lemari?”
“Tidak ada ya Abah. Sarungnya lagi dicuci, baru saja saya jemur.” Sahut sang istri.
“Ada juga sarung buat saya pakai sehari-hari.” Tambah sang istri menjawab.
Lalu al-Habib Ali bin Abdurrahman al-Habsyi berkata lagi pada istrinya: “Sudah ambilkan saja sarungmu buat kupakai untuk sembahyang.”
Beranjak sang istri mengambil sarungnya di lemari untuk diserahkan pada sang suami, sambil penuh tanya: “Ya Abah ini gak salah? Ini sarung motifna bunga-bunga, Dan yang Abah pakai bukannya masih bersih?”
Dijawab oleh al-Habib Ali bin Abdurrahman al-Habsyi: “Iya, ini sarung yang saya kenakan ternyata ada peminatnya, jadi harus segera kuserahkan. Dan sarungmu ini biar sementara saya kenakan buat sembahyang.”
Setelah rapi melipat dan membungkus kain sarungnya, al-Habib Ali bin Abdurrahman al-Habsyi bergegas memberikannya kepada pengemis itu seraya berkata: “Ini sarungnya semoga manfaat.”
Kemudian dijawab oleh si pengemis: “Ini baru Ali Habsyi. Semoga Allah berikan yang berlipat.”
Lalu pengemis itu pamit kepada al-Habib Ali bin Abdurrahman al-Habsyi untuk undur diri. Akhirnya al-Habib Ali bin Abdurrahman al-Habsyi pun menuju ke masjid dengan mengenakan sarung bermotif kembang-kembang namun tertutup oleh jubahnya, hingga orangpun tidak memperhatikannya.
Setelah selesai memimpin shalat, al-Habib Ali bin Abdurrahman al-Habsyi beranjak menuju ke rumahnya. Sesampainya di depan rumah, al-Habib Ali bin Abdurrahman al-Habsyi mendapati satu buah mobil truk besar sedang menurunkan beratus-ratus sarung. Lalu al-Habib Ali bin Abdurrahman al-Habsyi pun bertanya-tanya: “Ini punya siapa?”
Dijawab oleh sopir mobil truk itu: “Ini hadiah sarung dari Surabaya untuk al-Habib Ali bin Abdurrahman al-Habsyi di Kwitang.”
Mendengar jawaban dari sopir tadi al-Habib Ali bin Abdurrahman al-Habsyi hanya bisa berucap: “Allah telah berikan kontan.”