Terdapat kisah menarik antara Qadhi Abu Yusuf (w.182 H), ulama besar madzhab Hanafi dari Baghdad, dengan Harun Ar-Rasyid (w.193), salah seorang penguasa terbesar pada masa Dinasti Abbasiyah. Kisah tersebut tertulis dalam kitab Maqamatul Ulama Bayna Yaday al-Khulafa wa al-Umara (hal. 32), karya Imam Al-Ghazali.
Suatu hari Qadhi Abu Yusuf di undang ke istana Harun Ar-Rasyid. Tatkala makanan mulai dihidangkan, ternyata makanan yang dihidangkan adalah jenis makanan yang membutuhkan sendok. Pelayan yang menyajikan makanan itu lupa menyediakan sendok. Marahlah Harun Ar-Rasyid atas kelupaan itu.
Abu Yusuf berkata: "Wahai Amirul Mukminin! Telah diriwayatkan dari kakek anda Abu al-Abbas yaitu Abdullah bin Abbas radhiyallahu ‘anhuma berkenaan tafsiran dari firman Allah Ta’ala:
وَلَقَدْ كَرَّمْنَا بَنِىٓ ءَادَمَ وَحَمَلْنَٰهُمْ فِى ٱلْبَرِّ وَٱلْبَحْرِ...
“Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan,..” (QS. Al-Isra: 70), bahwa yang dimaksud kemuliaan dalam ayat ini adalah setiap makhluk hidup makan menggunakan mulutnya kecuali anak-anak Adam (manusia), ia memakan makanannya menggunakan tangannya.”
Selang beberapa saat, didatangkan sendok ke hadapan Harun Ar-Rasyid. Namun Harun Ar-Rasyid malah mematahkan sendok itu dan akhirnya beliau makan menggunakan tangannya sembari berkata: “Benar kata kakek ku!.”
Pernah ada cerita kalau Haji Agus Salim (pahlawan nasional dan tokoh diplomat tanah air yang menguasai sembilan bahasa) diundang makan bersama orang-orang Eropa di suatu acara resmi. Saat itu Haji Agus Salim memilih menyantap hidangan dengan tangannya langsung. Seorang Eropa terkesima dengan tindakannya dan bertanya “Bukankah itu tidak higienis? Mengapa Anda makan menggunakan tangan, padahal sudah ada sendok dan garpu.” Agus Salim lantas menjawab: ”Saya menyuap dengan tangan sendiri untuk masuk ke mulut saya. Sedangkan sendok yang tuan-tuan pakai pernah masuk ke mulut banyak orang. Jadi, ini lebih higienis.” (dikutip dari buku, “Untuk Republik: Kisah-Kisah Teladan Kesederhanaan Tokoh Bangsa”)